Lembur Singkur

Kumpulan Karya Pendidikan dan Budaya

Archive for Maret, 2012

KARYA SISWA

Posted by lembursingkur pada Maret 25, 2012

Di bawah ini beberapa ringkasan buku tentang ilmu pengetahuan dan teknologi karya siswa-siswi SMP St. Ursula BSD.

Semoga menjadi khasanah ilmu pengetahuan.

Ch. Enung Martina

1. Data Buku :
Judul : Putri Bintang Kejora
Penulis : K.B. Ono
Penerbit : Agus HK Soetomo
No. ISBN : 979-523-549-4
Editor : Agus HK Soetomo
Ilustrator : Koes Priyadi
Tema : Agama dan Tradisi

2. Artikel

Pesona Rawa Biru

Seperti yang kita tahu, Papua adalah pulau terluas di Indonesia yang letaknya di ujung timur. Bentuknya yang seperti kepala burung menjadi mudah ingat. Papua dikenal sangat kaya akan hasil bumi, bahan tambang, aneka flora dan fauna, serta pegunungan dan lautannya yang indah.

Di Papua terdapat banyak sekali suku bangsa dengan beraneka adat dan budayanya. Salah satunya adalah suku Kanum yang tinggal di pelosok tenggara Marauke, tepatnya di sebuah desa bernama Rawa Biru.
Rawa Biru terletak sekitar 60 km arah tenggara Marauke. Desa ini berada di lingkungan Taman Nasional Wasur, tepatnya di tepi Rawa Biru yang merupakan sumber bagi PDAM Marauke.

Pemandangan di Rawa Biru sangat indah. Kalau matahari sedang cerah, air rawa terlihat biru, seolah – olah langit dan rawa menyatu. Mungkin itu sebabnya, rawa dan desa itu diberi nama Rawa Biru.
Sebagian besar masyarakat desa menganut agama Katholik. Hari Natal atau Paskah dirayakan dengan semarak.

Mereka terus menjalankan tradisi nenek moyang. Misalnya, upacara ketika seorang anak genap berusia setahun. Orang tuanya mengumpulkan hasil bumi dan menyembelih seekor babi dan dagingnya dibagi rata kepada seluruh warga. Ada pula upacara tanda kedewasaan bagi anak yang akan beranjak dewasa. Cuping hidung dan telinga mereka dilubangi untuk dipasangi hiasan dari kayu sebagai tanda memasuki kedewasaan.

Alat musik tradisional khas suku Kanum adalah Kendara. Bentuknya seperti perkusi berselaput. Cara memainkannya adalah dengan ditabuh. Alat musik ini hanya dimainkan oleh laki – laki dewasa saja untuk mengiringi tarian adat.
Pada kesempatan ini pula, saya akan menjelaskan mengenai permainan – permainan yang ada di sana . Yang pertama adalah bidik karet. Dalam permainan ini, karet gelang taruhan para pemain disusun di muka, sejangkauan bidikan karet, di atas tali yang telah direntangkan. Setiap pemain bergiliran “memenah” dengan karet gelangnya. Siapa yang dapat menjatuhkan karet – karet itu menjadi pemenang.

Permainan bakar benteng dimainkan oleh dua regu yang sama jumlah pemainnya. Diawali dengan pemilihan tempat yang berhadapan sebagai “benteng”-nya, masing – masing regu kemudian berusaha menduduki benteng lawan dengan menyentuhnya. Regu yang diserbu berusaha menangkap sebanyak mungkin anggota lawan. Lawan yang keluar dari bentengnya harus ditangkap. Tawanan dibebaskan oleh teman sebentengnya.
Yangoyango. Permainan ini dilakukan sekelompok anak. Setelah “hompimpa”, anak yang kalah menjadi penjaga. Ia harus menutup mata rapat – rapat, membiarkan teman yang lain bersembunyi. Si penjaga harus menemukan teman – temannya sebanyak mungkin. Kalau tidak berhasil, ia harus kembali menjadi penjaga.

Menurut saya, Papua memiliki budaya yang beraneka ragam. Di sana banyak terdapat banyak SDA yang dapat dimanfaatkan agar dapat memajukan Negara. Tetapi, pemerintah kurang mendukung kesempatan yang baik ini, sehingga kekayaan tersebut diambil oleh negara lain, seperti Amerika. Selain itu, Papua memiliki SDM yang memadai, tetapi pemerintah tidak mendukungnya.

(Albert Mario -Sanur BSD)

Posted in Karya Siswa, Ringkasan, Uncategorized | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , | Leave a Comment »

NOVEL SASTRA 2

Posted by lembursingkur pada Maret 2, 2012

MOCHTAR LUBIS (82) hari Jumat (2/7), tepatnya pukul 19.15, meninggal dunia di Rumah Sakit Medistra, Jakarta. Beberapa bulan yang lalu saat dirawat di Rumah Sakit Cikini, saya kunjungi Mochtar. Mochtar Lubis lahir di Padang, Sumatera Barat, 7 Maret 1922. Tahun 1944 dia menikah dengan Halimah, gadis Sunda yang bekerja di sekretariat redaksi harian Asia Raja.

Pada tahun 1945 dia bergabung dengan kantor berita Antara. Yang paling militan di antara empat sekawan tadi ialah Mochtar Lubis. Tahun 1957 dia dikenai tahanan rumah, kemudian dipenjarakan. SEBAGAI wartawan, dia bikin berita gempar pada berbagai afair. Tahun 1968 Indonesia Raya terbit kembali. Mochtar melancarkan investigasi mengenai korupsi di Pertamina yang dipimpin Letjen Dr Ibnu Sutowo. Ia diberhentikan oleh Presiden Soeharto.

Di dalam negeri dia mendirikan majalah sastra Horison. Selain sebagai wartawan, Mochtar juga dikenal sebagai sastrawan. Kemudian dia menulis novel, seperti Harimau Harimau, Senja di Jakarta, Jalan Tak Ada Ujung, dan Berkelana dalam Rimba. Dia memperoleh Magsaysay Award untuk jurnalistik dan kesusastraan.

Sebagai orang yang memiliki banyak bakat, tidak heran bila Mochtar pandai melukis. Ketika ditahan di penjara Madiun, dia menjadi perupa. Sebagai budayawan, dia aktif dalam berbagai kegiatan di Taman Ismail Marzuki. Adapun Raja Pandapotan itu gelar Mochtar. Sibarani dan Sojuangan adalah orang yang berani dan berjuang.

Ketika Mochtar merayakan hari ulang tahun ke-80, seorang pembicara, yaitu Mochtar Pabottingi, menamakan Mochtar Lubis person of character, insan yang berwatak. Kini Mochtar Lubis sudah tiada. Semoga Tuhan menerima arwah Mochtar di sisi-Nya. * (Ch. Enung Martina )


Judul                : Jalan Tak Ada Ujung

Pengarang        : Mochtar Lubis

Penerbit            : Yayasan Obor Indonesia

Cetakan           : ke – 3

Ringkasan         :

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia , Jakarta adalah kota yang sangat mencekam. Banyak terdengar suara “siap-siap” yang menandakan bahwa tentara sekutu datang. Banyak orang yang tidak bersalah meninggal sia-sia saja. Banyak juga pemuda yang membantu memperjuangkan kemerdekaan yang sudah didapatkan. Mereka mengumpulkan senjata untuk melawan sekutu NICA (No Indonesian Cares About). Walaupun hati mereka dilanda rasa takut, mereka terus berjuang. Tapi mereka tahu, bahwa sekali memilih sesuatu, maka mereka pasti akan mendapat banyak rintangan dan dan tidak dapat lari dari rintangan itu. Habis satu rintangan, maka muncul rintangan yang lainnya. Jalan yang tak ada ujungnya.

Itu juga yang dirasakan Isa dan Hazil. Isa adalah seorang guru yang mempunyai hati yang lembut dan tidak suka pada kekerasan. Sayang, ia tidak merasakan cinta dari sang istri. Kelurga mereka kekurangan. Guru Isa harus mencuri buku baru di kelas hanya untuk memberi keluarganya makan. Guru Isa paling tidak bisa melihat orang yang bersimbah darah atau mati, dan semua itu akan memunculkan mimpi buruk pada malam hari. Sedangkan Hazil adalah pemuda yang penuh semangat dan ia sangat pandai bermain musik. Awalnya, ayah Hazil, Kamaruddin, tidak mengizinkan Hazil untuk ikut berjuang. Tapi, melihat semangat Hazil, akhirnya sang ayah mengizinkan juga. Guru Isa dan Hazil dekat karena sangat suka bermain musik, terutama biola. Hazil sering datang ke rumah Guru Isa untuk bermain biola.

Suatu ketika, Hazil dan Guru Isa masuk dalam sebuah kelompok di daerahnya untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah ada. Sebenarnya Guru Isa tidak mau ikut kelompok itu, tapi jika dia tidak ikut, warga akan mengira bahwa ia adalah mata-mata sekutu. Pada suatu hari, Hazil dan Guru Isa harus menyelundupkan senjata ke Karawang. Mereka dibantu oleh Rachmat, salah satu pemuda yang ikut berjuang. Rencana mereka berhasil. Senjata itu berhasil diselundupkan dengan aman tanpa ketahuan sekutu. Walaupun begitu, muncul suatu ide bahwa Guru Isa mau mengungsi. Tapi, akhirnya ia mengurungkan niatnya karena ia harus terus membantu warga, walaupun dalam hati ia sangat takut.

Sampai akhirnya, sebuah rencana muncul. Rachmat dan Hazil akan melemparkan masing-masing satu granat ke tentara sekutu. Guru Isa diminta untuk melihat situasi setelah granat dilemparkan, memastikan bahwa mereka selamat. Rencana memang berhasil dengan sukses.. Ada beberapa sekutu yang meninggal. Tapi, suatu hari, salah satu diantara mereka ditangkap sekutu karena terbukti melakukan pelemparan granat tersebut. Hazil yang tertangkap. Ia dipukuli untuk memaksanya mengaku dan mengorek keterangan tentang pelaku lainnya. Akhirnya Guru Isa pun ditangkap. Walaupun dipukuli, Guru Isa tidak mau mengaku. Maka, ia dimasukkan ke sebuah ruangan, tempat di mana Hazil dikurung. Guru Isa melihat bahwa Hazil tidak lagi seperti dulu. Mukanya pucat, matanya merah, dan penuh luka-luka. Di matanya, tidak ada semangat yang membara seperti dulu. Ia merasa menjadi penghianat. Beberapa waktu kemudian, Guru Isa dibebaskan, tetapi Hazil tidak bebas. Hazil bukanlah Hazil yang dulu lagi.

Opini                :

Menurut saya, cerita ini bagus karena menceritakan perjuangan yang tangguh dan saling bahu-mebahu. Mereka pantang menyerah dalam memperjuangkan sesuatu. Alur yang ditampilkan jelas dan menegangkan. Tapi, bahasa yang digunakan lumayan susah karena berbeda dengan yang sekarang. Walupun begitu, cerita ini mempunyai banyak pelajaran moral yang dapat diambil sehingga cocok untuk dibaca oleh remaja agar penuh semangat.

Pelajaran moral:

– Pantang menyerah dalam menghadapi masalah.

– Selalu semangat dan berani menghadapi sesuatu.

– Harus membantu satu sama lain.

(Zenia Arif / IX B / 35)

Posted in Ringkasan, Uncategorized | Dengan kaitkata: , , , , , | Leave a Comment »