Di bawah ini beberapa ringkasan buku tentang ilmu pengetahuan dan teknologi karya siswa-siswi SMP St. Ursula BSD.
Semoga menjadi khasanah ilmu pengetahuan.
1. Data Buku :
Judul : Putri Bintang Kejora
Penulis : K.B. Ono
Penerbit : Agus HK Soetomo
No. ISBN : 979-523-549-4
Editor : Agus HK Soetomo
Ilustrator : Koes Priyadi
Tema : Agama dan Tradisi
2. Artikel
Pesona Rawa Biru
Seperti yang kita tahu, Papua adalah pulau terluas di Indonesia yang letaknya di ujung timur. Bentuknya yang seperti kepala burung menjadi mudah ingat. Papua dikenal sangat kaya akan hasil bumi, bahan tambang, aneka flora dan fauna, serta pegunungan dan lautannya yang indah.
Di Papua terdapat banyak sekali suku bangsa dengan beraneka adat dan budayanya. Salah satunya adalah suku Kanum yang tinggal di pelosok tenggara Marauke, tepatnya di sebuah desa bernama Rawa Biru.
Rawa Biru terletak sekitar 60 km arah tenggara Marauke. Desa ini berada di lingkungan Taman Nasional Wasur, tepatnya di tepi Rawa Biru yang merupakan sumber bagi PDAM Marauke.
Pemandangan di Rawa Biru sangat indah. Kalau matahari sedang cerah, air rawa terlihat biru, seolah – olah langit dan rawa menyatu. Mungkin itu sebabnya, rawa dan desa itu diberi nama Rawa Biru.
Sebagian besar masyarakat desa menganut agama Katholik. Hari Natal atau Paskah dirayakan dengan semarak.
Mereka terus menjalankan tradisi nenek moyang. Misalnya, upacara ketika seorang anak genap berusia setahun. Orang tuanya mengumpulkan hasil bumi dan menyembelih seekor babi dan dagingnya dibagi rata kepada seluruh warga. Ada pula upacara tanda kedewasaan bagi anak yang akan beranjak dewasa. Cuping hidung dan telinga mereka dilubangi untuk dipasangi hiasan dari kayu sebagai tanda memasuki kedewasaan.
Alat musik tradisional khas suku Kanum adalah Kendara. Bentuknya seperti perkusi berselaput. Cara memainkannya adalah dengan ditabuh. Alat musik ini hanya dimainkan oleh laki – laki dewasa saja untuk mengiringi tarian adat.
Pada kesempatan ini pula, saya akan menjelaskan mengenai permainan – permainan yang ada di sana . Yang pertama adalah bidik karet. Dalam permainan ini, karet gelang taruhan para pemain disusun di muka, sejangkauan bidikan karet, di atas tali yang telah direntangkan. Setiap pemain bergiliran “memenah” dengan karet gelangnya. Siapa yang dapat menjatuhkan karet – karet itu menjadi pemenang.
Permainan bakar benteng dimainkan oleh dua regu yang sama jumlah pemainnya. Diawali dengan pemilihan tempat yang berhadapan sebagai “benteng”-nya, masing – masing regu kemudian berusaha menduduki benteng lawan dengan menyentuhnya. Regu yang diserbu berusaha menangkap sebanyak mungkin anggota lawan. Lawan yang keluar dari bentengnya harus ditangkap. Tawanan dibebaskan oleh teman sebentengnya.
Yangoyango. Permainan ini dilakukan sekelompok anak. Setelah “hompimpa”, anak yang kalah menjadi penjaga. Ia harus menutup mata rapat – rapat, membiarkan teman yang lain bersembunyi. Si penjaga harus menemukan teman – temannya sebanyak mungkin. Kalau tidak berhasil, ia harus kembali menjadi penjaga.
Menurut saya, Papua memiliki budaya yang beraneka ragam. Di sana banyak terdapat banyak SDA yang dapat dimanfaatkan agar dapat memajukan Negara. Tetapi, pemerintah kurang mendukung kesempatan yang baik ini, sehingga kekayaan tersebut diambil oleh negara lain, seperti Amerika. Selain itu, Papua memiliki SDM yang memadai, tetapi pemerintah tidak mendukungnya.
(Albert Mario -Sanur BSD)