Lembur Singkur

Kumpulan Karya Pendidikan dan Budaya

Archive for Juni, 2018

ARTIKEL USAHA MANDIRI

Posted by lembursingkur pada Juni 29, 2018

Suaka, Kedai Kopi dan Pustaka

 

(logo suaka  ‘ Maung Suaka’ by Hendri Santosa)

 

Sedia kopi dan pustaka di pekarangan belakang. Biasanya dari 18:00-23.59. – Jl.Rawa Buntu Utara G1/14. Sektor 1.4 BSD – Tangerang Selatan, Banten (https://www.instagram.com/bersuaka/)

Nama kedai ini Suaka. Kata suaka kalau dilihat dari makna leksikalnya adalah bentuk perlindungan (flora-fauna, budaya), tempat mengungsi (berlindung), tempat menumpang hidup.

Sesuai namanya , maka setelah 3 hari buka, seekor kucing liar datang meminta perlindungan di Suaka. Diberilah nama Si Maung (harimau) seperti logo yang dibuat Mas Hendri, Maung Suaka. Cocok bukan? Kebetulan? Menurut falsafah orang Sunda, Bapak Joseph Nahrowi (ayah penulis): Teu aya ngarana kabeneran, sagala dikersakeun ku Gusti (tak ada namanya kebetulan, semua sudah diatur Tuhan).

Suaka memang dipilih untuk penamaan kedai kopi ini. Dilihat dari maknanya, maka Kedai Suaka diharapkan menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk para pengunjngnya layaknya sebuah rumah ‘home’ tempat pulang dan berlindung.

(dapur Suaka)

Kedai ini mengambil prinsip seperti budaya Sunda. Di pedesaan Pasundan, tamu yang merupakan kerabat dekat, biasanya bertamu langsung menuju dapur. Seperti kita ketahui bahwa sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat bilateral, garis keturunan ditarik dari pihak bapak dan ibu. Karena itu kerabat orang Sunda itu banyak sekali.

Bagi orang Sunda dapur atau pawon pada arsitektur tradisional masyarakat Sunda memiliki dua fungsi: (1) Fungsi sosial, yaitu sebagai wadah untuk aktivitas bersosialisasi antar penghuni rumah (khususnya wanita), bahkan dengan tetangga, misalnya: para wanita memasak sambil mengobrol, mendengarkan radio, menonton televisi, tiduran, mencari kutu bagi kaum ibu (sisiaran); (2) Fungsi ritual, yaitu sebagai ‘jembatan’ penghubung untuk berkomunikasi dengan para karuhun (leluhur) dengan cara menyimpan sajen dan membaca mantera-mantera di goah atau padaringan atau di empat sudut pawon untuk memohon keselamatan dan berkah.

(dapur Suaka)

Pawon juga ternyata memiliki dua makna: (1) Makna sosial; terungkap dalam kata-kata: “ pawon jantungna imah, keur hirup jeung huripna manusa “, artinya: dapur merupakan pusatnya rumah tinggal bagi aktivitas hidup dan kehidupan penghuninya. Dalam kata-kata tersebut mengandung makna bahwa ternyata bentuk asli rumah orang Sunda itu sebetulnya adalah pawon , karena (hampir) seluruh aktivitas hidupnya dilakukan di pawon ; (2) Makna ritual; terlihat pada kosmologis orang Sunda, bahwa apabila seseorang meninggal dunia, maka arwahnya tinggal di pawon selama tujuh hari, kemudian arwah tersebut pindah ke atas suhunan (atap) selama empat puluh hari, sehingga dikenal istilah tujuh poena (mengenang tujuh hari) dan opat puluhna (mengenang empat puluh hari). Selama arwah tinggal di pawon dan di atas suhunan , maka anggota keluarga yang ditinggalkan diwajibkan untuk berdoa dan menyimpan beberapa sajen di pawon agar arwah tersebut segera diterima oleh Tuhan.

(pojok pustaka bersama Si Maung) 

Suaka juga mempunyai idealis ingin mencerdaskan bangsa (para pengunjung kedai). Karena itu, diadakan pula pustaka untuk kegiatan literasi para pengunjung. Tersedia perpustakaan kecil di salah satu pojok kedai. Para pengunjung bisa menyeruput kopi sambil membaca dan menikmati suasana dapur.

(sudut baca)

Setip bulan diprogramkan kegiatan literasi membaca karya yang diberi nama BAKAR. Dalam kegiatan Bakar ini pengunjung bebas membacakan karyanya atau karya orang lain. Karya bisa dalam bentuk puisi, prosa, lagu atau juga lantunan musik. Sampai bulan Juni 2018, Bakar sudah sampai pada volume VIII. Ada juga kegiatan beberapa workshop yang tidak berkala. Ada beberapa pihak yang meminta Suaka untuk menjadi tempat untuk menyelenggarakan workshop. Selain itu ada juga Pementasan teater di Suaka pada awal Juni 2018.

(salah satu adegan Bakar)

 

(salah satu pojok Suaka)

Salah satu catatan tentang kegiatan Bakar Volume VI:

Dibawah ini  kutipan dari instagaram Kedai Suaka (https://www.instagram.com/p/BkbqQ0tDZcO/?taken-by=bersuaka):

Bersuaka Pementasan teater di Suaka pada awal Juni telah memberikan kami pengalaman yang menyenangkan. Teman-teman dari @katak_id mempersembahkan pementasan teater yang berjudul “Tikungan Maut” karya Tankred Durst yang disadur oleh Asrul Sani.

“Tikungan Maut” bercerita tentang sepasang kakak beradik yang tinggal didekat suatu tikungan yang terkenal berbahaya. Sang adik (diperankan oleh @farisdzaki) merasa bertanggung jawab, diiringi juga dengan sang kakak (diperankan oleh @adimuktipra). Kemudian datang seorang pejabat, yang menjadi korban tikungan yang selamat (diperankan oleh @bewokrapi). Dialog-dialog yang nakal memantik pikiran mampu menghanyutkan perhatian kami. Pertunjukan teater keliling ini lalu ditutup dengan diskusi tentang teater secara teknis hingga konsep.

Menonton teater keliling di pekarangan belakang Suaka menyadarkan kami bahwa terdapat berbagai kemungkinan proses kreatif lain yang bisa dilakukan. Ya, harapan kami kedepannya akan ada hal lainnya lagi. Semua belum selesai.

• katak_idPASTI KITA AKAN MAIN LAGIII DISANAA. sungguh gigs yang sugoy

Ada banyak cara untuk menikmati waktu Anda. Pilihan ada pada Anda. Suaka salah satu pilihan untuk sesekali dicoba ‘ agar kemandirianmu utuh lalu menjangkiti kanan kiri ’ begitu sebuah kalimat yang tertulis di dindding salah satu pojok Suaka.  Mangga sadayana linggih ka Suaka! (Ch. Enung Martina)

Posted in Artikel, Lain-Lain, Uncategorized, Usaha | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , | Leave a Comment »

ARTIKEL MEMBANGUN SUKSES

Posted by lembursingkur pada Juni 28, 2018

Membangun Sukses dari Hal yang Kita Sukai

Kisah orang-orang sukses dalam sepanjang sejarah tidak datang begitu saja. Kesuksesan yang mereka raih merupakan perjuangan yang mereka lakukan terus-menerus. Bahkan kisah-kisah dalam dongeng pun memberikan moral kepada kita tentang perjuanagn tokoh-tokohnya yang berujung menggapai kesuksesan.

Masih ingat kisah dongeng tokoh Gepetto? Ya, ia seorang pembuat boneka. Alkisah ada seorang anak muda yang sangat menyukai boneka hingga ia belajar bagaimana menjadi ahli pembuat boneka. Sayangnya, anak muda ini sangat kikuk. Guru serta murid-murid lainnya selalu berkata bahwa dia tidak punya kemampuan untuk membuat boneka dan dia tidak akan pernah berhasil. Namun, anak muda itu tidak menyerah begitu saja. Ia memutuskan sejak saat itu akan menghabiskan seluruh waktunya membuat satu jenis boneka. Dan setiap kali menemukan kekurangan pada bonekanya, ia akan membuangnya dan memulai lagi dari awal. Tahun demi tahun pun berlalu, dan dengan setiap percobaan baru, bonekanya menjadi sedikit lebih baik. Kini, bonekanya jauh lebih baik dari hasil karya teman-temannya. Meski begitu, si anak muda ini tetap melakukan perbaikan, mencari “kesempurnaan”. Hidup seperti itu membuat anak muda ini kurang mampu mampu mencari nafkah, dan banyak orang menertawakan kondisinya yang miskin.

Ketika usianya sudah semakin tua, karya bonekanya sangatlah indah. Begitu bagusnya hingga suatu hari setelah berpuluh-puluh tahun bekerja, ia menyelesaikan satu boneka, dan berkata, “Saya tidak melihat ada yang kurang. Kali ini hasilnya sempurna.” Dan, untuk pertama kalinya dari sekian tahun lamanya, alih-alih membuang boneka ini, ia malah menaruhnya di atas rak. Ia benar-benar merasa puas dan bahagia. Dan sisa ceritanya menjadi terkenal ke seluruh dunia. Boneka yang sempurna itu menjadi hidup, mengalami ribuan petualangan, dan memberikan pria tua yang bernama Geppetto itu kebahagiaan yang jauh lebih besar daripada yang didapat pembuat boneka lainnya yang terkenal dari hasil-hasil karyanya. Itulah Pinokio, yang dikenal anak-anak sejagat. Memberikan anak-anak pelajaran hidup berharga tentang kepatuhan, seni memilih, petualangan, dan cinta keluarga.

Membangun sukses kita dari hal-hal yang kita sukai. Dengan ketekunan dan semangat tinggi, serta terus berusaha memperbaiki, maka apapun yang dikerjakan akan membuat waktu dan talenta kita lebih bernilai.

Hingga usia saya yang lebih dari golden age ini, saya terkadang bertanya hobi saya sebetulnya apa? Begitu banyak kesukaan saya: membaca, menulis, traveling, bercocok tanam. Ada seseorang mengatakan kalau kamu menyukai dan tertarik dengan begitu banyak hal, maka sebetulnya kamu tak menyukai atau tertarik satu pun. Hayo, lho!

Saya justru belajar dari anak saya yang kedua, Aloysius Gonzaga Ilhan Sidharta. Sejak masuk perguruan tinggi negri di kawasana Sumedang dan mengambil jurusan Agri Bisnis, ia tertarik dengan dengan satu hal yaitu kopi. Maka mulailah ini bocah bereksplorasi yang mengarah pada ketertarikannya.

Saat pulang kampung ke desa saya di Kertajaya, Panawangan, Ciamis, dia akan pergi ke kebun memperhatikan pohon-pohon kopi yang ditanam ayah saya dulu. Dia mulai mempelajarinya. Ia akan mengambil bunganya mengamatinya dan menyesapnya untuk merasakannya. Dia mulai mengambil daunnya diamati dan dijemurnya. Dia mengamamati buahnya dari yang muda hinga yang tua. Lalu memetik buah kopi yang tua. Bertanya ini itu tentang cara mengolahnya pada neneknya (ibu saya). Ia mulai menumbuk buah kopi yang dipetiknya. Menjemurnya, menggarangnya di atas para-para dapur biar kena asap dari perapian (tungku dapur). Sesudah kering mulai menumbuknya untuk memebrsihkan kulit arinya dan mengambil bijinya, Kemudia biji yang sudah jadi disanggrainya di atas wajan tanah yang ada di dapur neneknya. Lalau menumbuk biji yang sudah disangrainya. Lain waktu dia bereksplorasi membubuhkan jagung saat menyangrainya dan ditumbuk bersama. Bila ada di depan gadjetnya yang dicari sekitar topik kopi. Pokoknya ada saja hal yang menyempurnakan dan menjawab rasa tertariknya dia pada kopi.
Untuk skripsinya dalam mengakhiri studinya di jenjang S1 pun ia mengambil topik kopi. untuk mendapatkan data skripsinya, dia mencari berbagai sumber pustaka. Untuk menyempurnakan skripsinya, dia rela magang di sebuah ritel bubuk kopi. Dosennya menyatakan bahwa topik skripsinya terlalu berat dan menyarankan menggantinya. Dosennya berpendapat topiknya lebih cocok untuk topik tesis S2. Namun, ia keukeuh dengan pendiriannya untuk menyelesaikan yang dia mau.

Akhirnya skripsinya jadi, dipresentasikan di depan para dosen pengujinya. Saat pengujian pakai demo bagaimana menyeduh, menyaring, dan menyajikan layaknya seorang barista. Pokoknya lengkap. Dosen pengujinya dengan suka rela meluluskan dia dengan predikat cumlaude. Sangat memuaskan!

Kini sarjana baru telah lahir. Ia mulai menjalani kenyatan hidup: mencari kerja. Yang pertama ia pilih adalah tidak bekerja di kantor. Ia meminta ijin saya dan suami untuk menambah keterampilan perkopiannya. Ia bilang ada kursus kopi, tetapi mahal. Lantas dia menyatakan akan menjadi ‘kacung’ di sebauh kafe untuk memungut ilmu dan pengalaman. Lantas ia melakukannya. Kafe tersebut memberikan hal yang standard yaitu latihan dasar kepada para calon pegawainya. Maka cita-cita dia mendapat ilmu dan pengalaman pun ia dapat. Langkah berikutnya ia terjun langsung menjadi karyawan di sebuah kafe.

Saat ia menjadi karyawan ia pernah mengeluh, badannya pegal semua karena harus berdiri seharian di kafe itu untuk menyambut dan melayani pembeli. Akhirnya sempat terkapar 2 hari karena bolak-balik ke BSD-Jakarta Timur dengan kereta nyambung gojek. Dia minta pada manajernya untuk dipindah ke cabang lain di Jakarta Barat. Dipindahlah dia di sebuah rumah kopi yang menyedikan biji kopi dan jasa rostery (penyangraian). Bekerja di sana belum mendapat satu bulan sudah terkena demam berdarah karena kondisi tubuh yang tidak prima. Akhirnya berhenti. Tentu saja tak mendapat upah karena dianggap baru bekerja 3 minggu, belum 1 bulan.

Ia bergabung lagi dengan kafe lain yang ada di kawasan Aeon-BSD. Bekerja sekitar 3 bulan. Lantas memutuskan untuk mencari pengalama lain di bidang usaha bisnis sayuran dan buah-buahan yang ada di kawasasan Taman Tekno BSD. Bekerja selama 6 bulan. Ketika sudah 6 bulan bekerja dia menyatakan pada kami bahwa ia tak cocok bekerja di tempat orang. Dia mau bekerja sendiri, usaha sendiri.

Uniknya dia, setiap kali ia mendapat gaji, selalu ada saja barang yang dibeli untuk keperluan kopinya. Dia mulai mengumpulkan piranti perkopiannya. Hingga saat dia memutuskan diri untuk keluar dari tempat bekerja, peralatan perkopiannya sudah cukup lengkap. Dengan modal yang seadanya dia memutuskan diri untuk membuat kedai sendiri dengan meminjam rumah temannya yang kosong di bilangan Rawa Buntu, BSD.

Dengan bantuan kaka perempuan dan sahabatnya, serta dukungan doa kami orang tuanya, kedai itu kini sudah lahir dengan nama Suaka, Kedai Kopi dan Pustaka. Mengambil ide kedai kopi dengan sedikit lieterasi bagi para pengunjungnya. Usia kedai ini akan setahun pada bulan Oktober tahun 2018. Masih kecil mengalirnya. Namun, itu lahir dari sebuah passion seorag anak. Bila dipelihara alirannya maka saya yakin alirannya bisa mulai besar dan lancar.
Membangun sukses dari hal yang diminati memang tidak mudah dalam menjalankannya. Ada tantangan yang memerlukan komitmen dan keberanian. Namun, kita semua tahu bahwa keyakinan, doa, dan usaha akan membuahkan hasil. (Ch. Enung Martina)

Posted in Artikel, Lain-Lain, pendidikan | Dengan kaitkata: , , , | Leave a Comment »

ARTIKEL TENTANG BERPASRAH/KEPASRAHAN

Posted by lembursingkur pada Juni 15, 2018

BERPASRAH-SURRENDER

Prihal orang-orang yang menjalani hidup dengan berserah (surrender) , dalam kemalangannya muncul hikmah yang malah membawa mereka pada keberuntungan. Dalam peristiwa keberserahan muncul berkah tersembunyi (blessing in disguise). Orang orang sejenis ini adalah manusia yang tidak melonjak-lonjak lupa diri pada kala mereka beruntung, sebaliknya kala kemalangan, mereka tidak jatuh dalam kesedihan dalam dan depresi berat. Susah dan senang, kalah dan menang adalah bagian yang wajar dalam kehidupan. Kehidupan memang menyimpan sejumlah misteri yang tak terkenali. Mereka inilah yang orang tua sering menyebutnya eling lan waspada.

Berbicara tentang kata eling, saya teringat teman saya Mbak Fenny Liliang yang membuka usahanya dengan merek ELLING! (saya tidak promosi!) Hebat Mbak! Piye kabare? Salam untuk Mbak Fenny, di mana pun Anda berada! Semoga sukses dan selalu eling!

Menurut sebuah buku yang pernah saya baca, orang-orang yang agresif dalam kehidupan senantiasa ingin memaksakan kehendak, ide, dan kemauannya. Namun, kebalikannya, orang-orang besar yang bijak mengetahui bila mana ia harus memegang kendali yang ketat, dan mengetahui kapan harus membiarkan kendali lepas. Semuanya bukan demi dirinya, tapi demi kelangsungan hidup yang baik. Saya kira Paus Emiritus Benedictus VI adalah salah satu dari mereka orang besar yang bijak itu.

Kalau tali gitar dipetik terlalu keras, maka snarnya akan putus, lagunya akan hilang. Sebaliknya kalau senar dipetik terlalu kendur, maka ia tak akan mengeluarkan suara. Tarikan tak boleh terlalu keras atau terlalu lembut. Si pemainlah yang harus pandai menimbang dan bijak meraba. ( Wisdom of the Common People)

Menurut buku yang saya baca ada siklus dalam kehidupan ini. Siklus itu berlaku juga dalam hidup manusia. Mereka yang hidup dengan seimbang dan mampu menahan diri pada umumnya hidup sehat dan panjang umur. Kebalikannya, orang yang mengumbar habis hasrat, energinya akan cepat terkuras. Usia pun menjadi pendek dan kalau pun berumur panjang dia akan penuh dengan sakit dan penyakit.

Ternyata orang itu harus percaya diri, tetapi sekaligus tahu diri. Tahu kapan saatnya makan dan kapan harus berhenti makan. Kapan harus bekerja dan kapan harus beristirahat. Begitu pun Al Kitab berkata: ada saatnya menanam, ada saatnya menuai. Semua ada waktunya. Seseoarng menjadi orang besar karena dia mengetahui keterbatasannya.

Dalam hidup pasti ada perubahan. Perubahan linear adalah adalah perubahan yang digerakkan oleh kemauan keras manusia. Namun, kenyataannya perubahan itu hendaknya juga memperhatikan beberapa aspek, antara lain: siklus kehidupan manusia, situasi dan kondisi, pengaruh lingkungan alam, dan berbagai interaksi. Diharapkan dengan pemahaman akan berbagai perubahan itu, saya dan Anda dengan rendah hati dan penuh keterbukaan mengandalkan diri pada Sang Pencipta.

Dalam menghadapi perubahan itu diperlukan kehidupan yang benar: memberi tahu tentang perlunya suatu cara hidup yang mendukung tujuan spiritual yang hendak dicapai. Untuk itu diperlukan ketetapan hati yang benar : ada niat memfokuskan pada tujuan yang akan membimbing seluruh tindakan maupun keyakinan. Selain itu memperhatikan perkataan yang benar: membawa kita pada disiplin untuk selalu berkata benar. Juga memerlukan pikiran yang benar: seluruh hidup kita adalah hasil dari apa yang kita pikirkan. Mempunyai pikiran yang benar sangat penting karena membawa pada pencapaian pencerahan. Dan untuk itu kita membutuhkan usaha yang benar: pencapaian pencerahan bukanlah sesuatu yang mudah, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh. Karena itu betapa pentingnya kehendak sehingga akhirnya kita bisa melakukan perbuatan yang benar: perbuatan sesuai hukum agama/ ajaran spiritualitas. Akhirnya semua itu akan membawa kebahagiaan dan kedamaian bagi diri saya, diri Anda, juga bagi orang-orang di sekitar kita.

Keberpasrahan juga sering dilambangkan pada analogi alam, semisal air. Ada sebuah puisi klasik Cina yang melihat kebijaksanaan air:
Mereka yang bijak bagaikan air
Memberi manfaat kepada segala
Tidak bersaing dengan semua
Air mengalir ke bawah
Ke tempat yang dilihat sebelah mata
( Tao te Ching: Lao Tse, 500 SM)

Air mempunyai karakter asli yang lembut, lentur, dan mudah mengalir dengan leluasa tanpa beban. Ia membersihkan, menyegarkan, dan menyejukan. Ia bersifat adil kepada semuanya tanpa memilih, tanpa melihat perbedaan, tanpa pertimbangan. Ia senantiasa stia, tekun, dan bergerak tanpa henti, tanpa lelah, tanpa menyerah. Meskipun sisi lain ia juga responsif, di luar dugaan, dan tanpa perhitungan.
Keberpasrahan juga sering dilambangkan dengan bumi. Planet biru yang sudah tua, tetapi ia tetap setia. Apa pun yang terjadi dia berserah pada Penciptanya.

Keberpasrahan bukan berarti menyerah. Juga tidak sama dengan mengalah. Keberpasrahan adalah surrender menyerahkan dan mempercayakan pada Sang Pencipta. Keberpasarahan juga bukan pasif. Karena seperti uraian di atas tadi: di dalamnya juga ada strategi. Dalam berpasrah ada setia tanpa kenal lelah seperti dilambangkan dengan air. Begitulah dalam keberserahan di dalamnya ada iman yang kuat akan satu keyakinan bahwa Sang Pencipta sudah menyediakan segala yang terbaik. Rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera.
(Ch. Enung Martina)

Posted in Artikel, Lain-Lain, pendidikan | Dengan kaitkata: , , , , , , | Leave a Comment »

PERJALANAN AMBON

Posted by lembursingkur pada Juni 9, 2018

AMBON MANISE

Perjalanan kali ini, Tuhan membawa saya ke satu kepualauan, yaitu Kepulauan Maluku., khususnya ke Kota Ambon. Ambon adalah ibu kota Provinsi Maluku. Dahulu Ambon dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah terbaik dunia. Sampai sekarang pun masih. Selain penghasil rempah-rempah, Ambon juga dikenal lewat keindahan alamnya yang begitu memukau bagi siapa saja yang mengunjunginya.

Kota Ambon terletak di daerah datar, dikelilingi oleh Teluk Ambon yang indah, yang didukung oleh pegunungan hijau subur dan menghadap ke lautan jernih nan biru. Kota Ambon juga dikenal sebagai “Ambon Manise” yang berarti Ambon itu manis atau cantik. Nama ini dikarenakan keindahan alam Ambon yang menawan dan keramahan orang-orang Ambon.

Kami, rombongan guru-guru Santa Ursula berangkat dari Bandar Udara Sukarno Hata dengan flight Garuda Indonesia GA646. Tiba di Banda Udara Internasional Pattimura pada pukul 13.00 WITA. Bandara ini melayani kedatangan dalam dan luar negeri. Dengan luas landasan 2.500 m² untuk dalam negri dan luar negeri dengan luas landasan 400 m2 relatif kecil jika dibandingkan dengan Bandar Udara Sukarno Hatta. Bandara ini berjarak 38 kilometer dari Kota Ambon dikelilingi oleh lautan yaitu di sebelah Utara Laut Seram, Selatan Laut Banda, dan Timur Laut Arafura.

Setiba di Ambon, kami langsung menuju Pantai Pintu Kota. Pantai ini merupakan salah satu yang paling dikenal di Ambon. Pantai ini merupakan pantai jurang yang curam dengan kemiringan sekitar 80 derajat. Pantai Pintu Kota merupakan pantai berbentuk teluk dengan batu-batu karang tajam yang indah. Pantai satu ini tidak memiliki bibir pantai dan pasir, tetapi kita bisa menemukan keindahannya dalam keeksotisan yang mungkin jarang kita temukan di pantai lainnya. Hal yang paling unik dan dikenal dari Pantai Pintu Kota ini adalah adanya sebuah karang bolong berbentuk seperti gerbang atau pintu. Celah karang besar tersebut terbentuk akibat dari adanya benturan air laut yang keras selama bertahun-tahun. Hal tersebut ternyata membuat karang menjadi terkikis, bahkan menimbulkan sebuah lubang besar. Bagi para penyuka wista laut, bisa menmukan spot diving yang sangat indah di lokasi ini. Spot divingnya dikenal memiliki keindahan yang bisa membuai para diver sekalian yang memang hobi menikmati keindahan bawah laut. Keindahannya yang menawan dan keunikannya yang begitu eksotis membuat banyak orang tertarik datang berkunjung.

Saya bukan penyuka kegiatan ekstrim di laut. Jadi cukup untuk saya menikmati indahnya Pantai Pintu Kota sambil minum teh panas dengan pisang dan sukun goreng panas. Sesungguhnya perut saya sangat lapar karena kami rombongan tidak mendapatkan makan siang begitu kami turun di bandara dari penyelenggara tour kami. Sepertinya agent tour (yang dari BSD) ingin cepat kaya sehingga membiarkan kliennya tidak makan siang. Bahkan air mineral pun kami tak mendapatkannya. Akhirnya kami, di bis satu mampir di jalan untuk membeli air mineral dengan kocek sendiri.
Meski menikmati pantai ini dengan perut kelaparan dan hati dongkol kepada agent tour yang pelayanannya parah sekali, tetapi tak sedikit pun mengurangi keeksotisan pantai ini. Pantai Pintu Kota ini terletak di Dusun Airlouw, Kecamatan Nusaniwe, Ambon. Dengan titik awal keberangkatan dari pusat kota Ambon, kita akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 45 sampai dengan 60 menit menuju ke pantai indah nan menawan ini.

Pantai Pintu Kota tidak terlalu aman untuk dijadikan lokasi berenang. Karena bagian bibir pantai yang berpasir hanya sedikit saja dan pantainya memiliki karang dengan batu yang tajam. Arus air laut di kawasan Pantai Pintu kota pun sangat kencang, dengan gelombang ombak tinggi. Gugusan bebatuan karang yang berada di sekitar karang berlubang besar Pintu Kota yang menjadi daya tarik kuat. Lokasi ini banyak dijadikan sebagai tempat favorit untuk berfoto.

Beberapa teman saya tidak turun ke pantai karena jalan untuk menuju ke pantai berupa tangga semen yang cukup curam, terutama bagi orang yang bermasalah dengan lutut. Namun, saya ingin menikmati keindahan pantai dan karang di Pantai Pintu Kota karena itulah saya turun. Saat turun di pantai pun perlu berhati-hati karena tempat berpijak di sekitar pantai di dominasi oleh batu- batu yang cukup tajam. Jadi diperlukan kewaspadaan saat melangkahkan kaki di antara bebatuan.

Di lokasi pantai terdapat pondok-pondok untuk tempat berteduh dan beristirahat sambil memesan cemilan. Di sekitar pantai ditumbuhi pepohonan yang cukup besar membuat kawasan ini cukup rimbun. Pantainya mirip dengan Pulau Bunaken, rimbun dengan pepohonan. Pantai Pintu Kota. Itulah destinasi kami pertama di Ambon. Mengesankan, meskipun dinikmati tanpa makan siang.

Destinasi kedua kami adalah Pantai Namalatu. Tak begitu banyak aktivitas yang kami lakukan, kecuali swafoto atau foto bersama. Hari mulai menuju sore. Pengaruh perut kosong yang belum diisi makan siang mempengaruhi juga gairah peserta rupanya. Di jalan menuju pantai ini banyak penjual pisang goring. Jadilah kami memborong pisang goring yang harum, manis, dan renyah.

Hari kedua kami berada di Kota Ambon. Hari ini, Minggu 13 mei 2018. Acara kami setelah sarapan di Hotel, kami mengikuti Ekaristi di Katedral Santo Fransiskus Xaverius, Ambon. Seperti pada umumnya banguna gereja besar seperti katedral , selalu mempunyai aura keagungan tersendiri. Demikian pua dengan Katedral Santo Fransiskus Xaverius, Ambon ini. Bangunan ini terletak di Jalan Patimura, Kota Ambon. Bangunan ini klasik dan masih terawat serta megah, tepatnya agung. Di halaman samping gereja ada relief yang mengisahkan tentang awal mula misionaris tiba di Ambon, termasuk para misionaris yang tewas terbunuh oleh tentara Jepang pada Perang Dunia II, hingga siapa Uskup Ambon sekarang ini.

Selesai Misa kami menuju luar kota untuk menuju Desa Morela. Destinasi kami berikutnya ke Pantai Liang. Setelah itu kami pergi untuk menyaksikan atraksi Bambu Gila di Desa Hila. Di desa ini pula kami mengunjungi salah satu benteng peninggalan penjajah Belnda di Ambon yang dibangun pada tahun 1512. Benteng Amsterdam itulah namanya. Benteng ini berbentuk layaknya rumah biasa yang terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama menjadi tempat tidur para prajurit. Lantai kedua digunakan sebagai ruang pertemuan dan lantai ketiga adalah pos pemantau. Selain dari lantai tiga bangunan utama, masih ada sebuah menara yang juga digunakan untuk memantau keadaan sekitar. Sayang keadaan di dalam benteng kurang terawatt dan bau asap rorok.

Hari ketiga ke Pulau Ela. Sebelum menuju ke sana, kami mampir dulu di Desa Larike untuk melihat belut morea. Belut raksasa ini, dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Desa Larike, Desa ini terkenal hingga mancanegara dengan habitat alami dari “Morea” atau Belut Raksasa, yang hidup alami di sungai, belut ini tidak dimakan oleh masyarakat setempat karena dianggap keramat oleh mereka, belut yang jumlahnya hingga ratusan ekor itu hidup alami di sepanjang sungai yang jernih, berkembang biak di bawah bebatuan sungai, dan diberi makan ikan oleh warga setempat maupun turis yang datang berkunjung untuk melihat dan bermain-main dengan belut raksasa tersebut, Morea atau belut ini sangatlah jinak, hingga sebagian orang mencoba mengangkatnya meski tubuhnya yang licin seringkali membuat mereka yang mengangkatnya kerepotan.

Setelah selesai bermain dengan Morea, kami melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan keluar dari Desa Larike, kami melihat dan singgah sejenak di “Batu Layar”. Dua buah batu (tepatnya karang) setinggi kurang lebih 5 meter yang terletak di pinggir pantai, yang jika dilihat dari kejauhan, layaknya layar dari sebuah kapal.

Akhirnya kami sampai di penyebrangan untuk menuju Pulau Nusa Ela. Keindahan PulauTig3 kerap disejajarkan dengan Maldives. Kawasan ini memang masih belum seramai Pulau Dewata, itulah yang menyebabkan keindahan Pulau Tiga masih begitu terjaga dari tangan-tangan manusia. Di Pulau Tiga memang tidak banyak fasilitas akomodasi yang bisa kita temukan. Satu-satunya resort yang paling terkenal di Pulau Tiga adalah Nusa Ela Resort. Sebagai satu-satunya penginapan yang ada di kawasan Pulau Tiga, tak heran jika Nusa Ela Resort memasang tarif yang cukup mahal untuk tempat dan pelayanan mereka.

Hari terakhir di Ambon, tak ada yang kami tuju secara spesifik. Pada buku acara tercantum ada kunjungan ke Gua Maria Airlouw. Namun, secara sepihak, agen perjalanan meniadakannya dengan alasan jalannya terlalu kecil. Dugaan saya ini agen tidak mau repot dan tidak mau keluar uang. Akhirnya kami berputar-putar di pasar tradisional yang kata Andre, kernet bis I, itu sangat rawan copet.

Dari banyak ketidakpuasan dalam perjalanan kali ini, kami tetap bersyukur dan bergembira karena atas kebersamaan kami sebagai keluarga besar. Saya juga bertemu dengan orang-orang yang menginspiras,  anak-anak muda Ambon yang mendampingi kami selama berada di Ambon, yaitu para crew dari Moluccas. Kami bersyukur atas tanah air kami, Indonesia tercinta. satu kata Ambon tetap manis! Ambon manise!
(Ch. Enung Martina)

Posted in Artikel, budaya, Lain-Lain, LAPORAN Perjalanan | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , | Leave a Comment »

MEMILIH SEKOLAH UNTUK ANAK ZAMAN NOW

Posted by lembursingkur pada Juni 3, 2018

Tanggapan Buku:

Profil Buku
Judul: Panduan Memilih Sekolah untuk Anak Zaman Now
Penerbit: Buah Hati – TemanTakita.com
Penulis: Bukik Setiawan, Andrie Firdaus & Imelda Hutapea
Jumlah Halaman: 144 + XI
ISBN : 978-602-7652-96-5

Pertanyaan yang mengejutkan:
Tahukah Anda bahwa sekolah terbaik tidak baik untuk anak? Bahwa cara belajar Sekolah Favorit ternyata berdampak negatif pada anak? Bahwa kebanyakan sekolah tidak menyiapkan Anak Zaman Now hidup mandiri?
Membaca pertanyaan ini sungguh mengejutkan bagi saya sebagai seorang pendidik dan seorang ibu dari anak zaman now, tetapi saya sendiri ibu-ibu zaman old.

Ternyata memang zaman berubah! Teknologi berkembang! Cara kita mendidik anak dan memilih sekolah pun sudah saatnya berubah!

Saya terbengong dengan beberapa pernyataan yang ditulis oleh tiga serangkai penulis buku berjudul Memilih Sekolah untuk Anak Zaman Now. Bukik Setiawan, Imelda Hutapea, dan Andrie Firdaus memberikan hal-hal yang membuka saya sebagai seorang pendidik juga orang tua tentang pendidikan anak di zaman sekarang.

Penulis buku ini Bukik Setiawan seorang aktivis pendidikan, penerima penghargaan Champions for Children dari UNICEF Indonesia, serta penulis buku Anak Bukan Kertas Kosong dan Bakat Bukan Takdir. Selain itu juga Imelda Hutapea seorang ahli dan praktisi pendidikan anak usia dini, berpengalaman sebagai guru di berbagai sekolah, pelatih guru, dan konsultan lepas pendidikan. Yang ketiga adalah Andrie Firdaus seorang Manajer Pengembangan SDM yang berpengalaman di berbagai industri, ahli karier protean, pelatih dan penulis buku Bakat Bukan Takdir.
Ketiganya melihat betapa pentingnya sebagai rang tua memahami latar belakang zaman anak-anak bertumbuh. Pendidikan yang diberikan kepada anak-anak harus disesuaikan dengan kebutuhan anak yang hidup pada masa kini. Pendidkan tidak bisa mengawang-ngawang bak menara gading yang tak berpijak pada kenyataan sekarang dan di sini.

Ada tiga poin penting yang dibahas di buku ini yaitu memahami anak zaman now, memahami tantangan kerja anak zaman now, memilih sekolah untuk anak zaman now.

Zaman sekarang sekolah tumbuh berkembang bak cendawan di musim penghujan memberi banyak pilihan pada orangtua. Sementara anak-anak kita tumbuh di zaman serba teknologi dengan b erbagai kemudahan yang ditawarkan. Maka, lahirlah Anak Zaman Now! Mereka mempunyai karakteristik yang berbeda dan akan menghadapi tantangan berbeda pula di masa depan. Ada banyak pekerjaan yang akan punah. Ada banyak pekerjaan baru yang lahir.

Pekerjaan yang dapat diotomatiskan akan diambil alih oleh robot. Lihat saja penjaga gerbang tol dan kasir bank. Bahkan media Beritagar.id membuat laporan sepakbola dengan menggunakan robot. Sementara, kombinasi teknologi, kreativitas dan sentuhan emosi, justru menciptakan pekerjaan baru. Lihat saja di Youtube, anak-anak muda mengeruk uang dengan membuat konten kreatif dan penuh sentuhan emosi.

Adakah sekolah yang tepat untuk Anak Zaman Now? Pada zaman industri, kebanyakan pekerjaan menuntut kepatuhan dan keseragaman. Tidak heran bila sekolah zaman industri cenderung melakukan penyeragaman cara, konten dan penilaian keberhasilannya. Untuk Anak Zaman Now, sekolah zaman industri tidak lagi memadai.
Anak Zaman Now butuh sekolah yang menumbuhkan, yang membantu anak-anak mengenali dan mengembangkan potensi uniknya. Bukan hanya pada tataran pemahaman, buku ini dilengkapi dengan panduan observasi dan wawancara yang langsung dapat digunakan orangtua untuk memilih sekolah yang tepat.

Buku ini mengajak pembaca memahami karakteritik Anak Zaman Now, tantangan kerja yang dihadapinya serta keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut. Isi buku ini juga memapaparkan kebiasaan lama belajar yang sering kita saksikan dan alami. Setelah itu, bagian ini memaparkan cara kerja otak dalam proses belajar dan melakukan perbandingan cara lama dengan cara baru belajar. Pada akhirnya dipaparkan cara belajar untuk Anak Zaman Now.

Selain itu, cara memahami sekolah berdasarkan komponen-komponenya sehingga orangtua bisa mendapat pemahaman yang utuh. Setelah itu dipaparkan salah kaprah dalam memilih sekolah yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Pada bagian akhir, dipaparkan pilihan sekolah yang dibutuhkan Anak Zaman Now. memaparkan faktor dan langkah yang perlu dilakukan orangtua dalam memilih sekolah. Bab keempat dilengkapi dengan panduan observasi dan panduan wawancara yang memudahkan orangtua dalam memahami dan menilai sekolah yang tepat untuk anaknya.

Bab kelima adalah bab paling ringkas yang berisi strategi yang mungkin dilakukan orangtua bila tidak mendapatkan sekolah yang dibutuhkan anaknya. Sedangkan bab keenam memaparkan konsep pendidikan anak usia dini yang dilengkapi dengan panduan observasi dan panduan wawancara memilih PAUD untuk Anak Zaman Now. Yang jelas pendidikan terbaik bukan pada zaman dahulu, bukan pula pada zaman sekarang, tetapi terbaik pada zaman mereka berada dan hidup. (Ch. Enung marina)

Posted in Artikel, budaya, pendidikan, Uncategorized | Dengan kaitkata: , , , | Leave a Comment »

ARTIKEL MENGHADAPI KEKALAHAN

Posted by lembursingkur pada Juni 2, 2018

MENUNDA KEKALAHAN

………………….

Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
                                                       (Chairil Anwar: Derai-Derai Cemara)

‘Derai-Derai Cemara’ ini merupakan sajak yang ditulisnya pada saat ia berada pada pembaringan di rumah sakit. Sebagaimana kita ketahui bahwa sajak-sajak Chairi Anwar merupakan sajak yang disusun dengan kata-kata yang sederhana, indah, tajam, dan lebih memperdalam makna. Chiril Anwar dan cara hidupnya yang “jalang” telah melegenda, kita melihat bahwa sajak-sajak yang ditulis menjelang kematiannya menunjukkan sikap hidupnya yang matang dan mengendap meskipun umurnya baru 26 tahun.

Dalam sajak ini Chairil Anwar meneriakkan keinginannya untuk tetap hidup walaupun umurnya ternyata terbatas, hanya sampau usia 27 tahun tidak seperti kawan-kawannya yang lain, seperti HB Jassin yang kita ingat usianya lebih panjang. Pada usia 26 tahun ini, ia menyadari bahwa hidupnya “hidup hanya menunda kekalahan…sebelum pada akhirnya kita menyerah”. Sajak ini merupakan sebuah kesimpulan yang diutarakan dengan sikap yang sudah mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan dalam diri manusia yang memisahkannya dari gejolak masa lampau. Proses itu begitu cepat, sehingga “ada yang tetap tidak diucapkan”.

Kata-kata yang diucapkan Maestro Puisi Indonesia Angkatan ’45 ini bila kita renungkan ada benarnya. Pada usia yang belia, Chairil sudah melihat kebijaksanaan ini. Ada banyak yang kita perjuangkan dalam hidup kita. Ada banyak harapan, doa, dan usaha untuk mewujudkannya. Namun, kita menyadari bahwa ada beberapa yang tak sesuai dengan rancangan dan harapan kita. Ada keterbatasan yang tak bisa tembus untuk melampaui hal tertentu.
Terkadang kita marah, sebal, dan geregetan dengan kegagalan yang dialami. Lantas kita menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan hal lain yang terkait dengan hal itu. Kita melontarkan kegagalan kita dengan begitu banyak energi dan emosi negatif untuk melampiaskannya. Bahkan, selain diri kita yang tersakiti orang-orang di sekitar kita pun tersakiti.

Saat kita mengalami kegagalan maka kita harus mempertahankan keseimbangan jiwa manakala kekalahan itu datang. Kekalahan, dalam berbagai medan kehidupan, sangat sering melumpuhkan, bahkan mematikan ketahanan jiwa dan semangat perlawanan seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Itulah ancaman paling berbahaya yang menimpa orang-orang yang kalah: tiba-tiba mereka kehilangan rasa percaya diri, kehilangan semangat untuk tetap bertahan dan terus melawan, kehilangan harapan dan optimisme; tiba-tiba saja dunia ini menjadi gelap dan kabut keputusasaan menutupi seluruh langit jiwanya. Tidak ada lagi harapan bahwa esok hari akan berganti dan matahari akan terbit kembali. Itulah saat yang paling sublim dalam kehidupan individu atau kelompok. Dalam hal ini kita harus mampu mengelola perasaan dengan cara yang sangat rumit: kita harus mengakui kekalahan secara obyektif namun tetap memiliki energi jiwa agar survive, bertahan, dan bangkit kembali.

Untuk itu, kita membutuhkan sebuah perangkat: sebuah alat atau standar untuk mengukur tingkat Sang Pencipta adalah keyakinan diri-iman: bahwa kemenangan dan kekalahan bukanlah ukuran supremasi dan keunggulan; bahwa kemenangan dan kekalahan hanyalah sebuah variabel yang dengannya menguji kita tentang apakah kita tetap bisa teguh, yakin, beriman dalam kedua situasi itu. Maka, jangan ada kesedihan yang berlebihan dan jangan ada perasan lemah dan tidak berdaya yang akan mematikan semangat kebangkitan.

Kemenangan dan kekalahan itu sesungguhnya bukanlah situasi yang permanen (tetap). Kemenangan dan kekalahan adalah piala yang dipergilirkan oleh sejarah di antara semua umat manusia. Maka, tidak ada orang yang dapat memenangkan semua babak pertarungan, juga tidak ada umat yang ditakdirkan untuk kalah selama-lamanya. Kemenangan dan kekalahan, sesungguhnya hanyalah sebuah variabel yang menjalankan sebuah fungsi: seleksi. Penyebabnya, andaikan manusia menang terus, tidak aka nada lagi seleksi dalam hidup. Tidak ada lagi usaha dan perjuangan juga pembelajaran dan hikmat dari pengalaman.

Begitulah akhirnya, dalam putaran kemenangan dan kekalahan, adalah cara alam untuk menyeleksi orang-orang teguh dan pemberani dari orang-orang leah dan pecundang. Demikian pula dalam putaran kemenangan dan kekalahan, tersingkap tabir pikiran dan jiwa setiap orang: maka semua yang terekam dalam pikiran dan tersimpan dalam jiwa akan tampak nyata di depan mata manakala peristiwa-peristiwa kehidupan memaksanya keluar menjadi tindakan.

Pada saat kalah orang akan mengetahui siapa sahabat, siapa musuh, siapa yang loyal, siapa penghianat, siapa yang pro, siapa yang kontra, siapa yang netral dan siapa yang memihak, siapa yang objektif dan siapa yang subjektif. Karakter manusia aslinya akan nampak pada saat dia kalah. Ada yang menerima kekalahan dengan elegan, dengan norak, dengan memaksa, curang, sportif, dengan dendam, dengan kemarahan, kebencian, atau sukacita dan penuh syukur. Semua nampak karena saat kalah orang tak lagi mempunyai topeng yang menutupinya.

Dibutuhkan kerendahan hati untuk mengakui kekalahan, kesediaan dan tekad yang kuat untuk memperbaiki diri serta memenuhi syarat-syarat kemenangan. Begitulah, sang Pencipta kemudian menjadikan sejarah manusia sebagai referensi yang dapat mempertemukan kita dengan syarat-syarat kemenangan atau sebab-sebab kekalahan tersebut.
Melihat dalam perspektif lebih luas. Itu cara menghadapi kekalahan. Mungkin orang tidak dapat mencegah kekalahan yang dialami, tetapi kita dapat mengendalikan reaksi terhadap kekalahan tersebut. Menarik napas dalam-dalam; cobalah sebisa kita untuk menyetabilkan diri sendiri. Ingatkan diri kita bahwa apa yang terjadi sudah terjadi dan tidak dapat kita ubah. Dengan sikap ini, kita akan dapat menjadi orang yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan mudah. Dengan demikian, kita akan mendapatkan kemampuan baru untuk menghadapi negativitas dari kekalahan kapan pun.

Memberikan penghormatan kepada siapa pun atau apa pun yang telah mengalahkan kita, itu tindakan yang elegan. Dengan demikian kita pun menghargai semua mahluk dan menghormati Sang Pencipta. Itu tindakan dengan energi yang positif yang akan kembali pada kita dengan positif pula.

(Ch. Enung Martina)

Posted in Artikel, pendidikan, Uncategorized | Dengan kaitkata: , , | Leave a Comment »