Lembur Singkur

Kumpulan Karya Pendidikan dan Budaya

ARTIKEL KEGURUAN

Posted by lembursingkur pada Maret 26, 2021

MENGAJAR SEPERTI FINLANDIA BAGIAN 2

Tittle : Teach Like Finland

Author : Timothy D. Walker

Type of book : Non-fiction-education

Publisher : W. Norton & Company.

Publication year : July 2017

Number of pages : 270

Menghapus Perisakan (Bullying)

Sebagai guru, ada banyak yang dapat kita lakukan untuk memutus perisakan atau menghentikannya sebelum memulai. Strategi yang sudah dijelaskan yaitu mengenal setiap anak, Bermain dengan siswa, merayakan hasil belajar, mengejar mimpi kelas, adalah beberapa strategi yang menjadi langkah preventif untuk memperkuat rasa dimiliki dan memiliki di dalam kelas. Dengan kuatnya sense of belonging, perundungan atau perisakan akan tersingkirkan dengan sendirinya. 

Namun, terkadang meskipun kita sudah melakukan yang terbaik untuk mendukung interaksi positif, perkataan dan perlakuan perundungan bisa saja terjadi. Pengertian perisakan atau perundungan sangat beragam. Seorang wartawan Rhosane Khamsi (2016) menyatakan bahwa cara paling umum untuk mendefinisikan perilaku perisakan adalah tindakan yang disengaja secara berulang-ulang dan agresif di mana si pelaku memiliki kekuatan yang lebih besar, terlepas dari apakah ketidakseimbangan kekuatan tersebut nyata atau hanay persepsi. 

Di Finlandia ada program antibullying yang disebut KiVa, singkatan dari kiusaasmista vastaan yang berarti melawan perisakan. Program nasional ini signifikan memperbaiki kesehatan mental anak-anak yang diakibatkan oleh tingginya frekuensi perisakan. 

Berkawan

Di Helsinki mengenal tradisi unik yaitu murid kelas VI (kelas besar) akan berpasangan dengan murid kelas 1 (anak baru). Sepanjang tahun kelas 6 membentuk tim dengan kelas 1 dalam berbagai acara. Hal yang sederhana dilakukan adalah mereka mengikuti beberapa pelajaran bersama-sama, kelas besar membantu adik kelasnya menyelesaikan pekerjaan sekolahnya. Catatan seorang guru kelas 1, Paula Havu,  tentang kegiatan ini adalah: 

Dengan 28 anak di dalam kelas, termasuk anak-anak yang ‘terintegrasi ‘, kami masih bisa pergi ke banyak tempat dengan sistem kawan ini, masih ada guru kelas 6 dan siwa-siswanya. Saya tahu bahwa setiap anak akan ditemani seorang kaka kelas. Dan siswa yang lebih tua, meskipun mereka masih tergolong remaja, saat mereka diberi tanggung jawab, ketika mereka dipercaya, mereka mendapat teman kecil yang dipasangkan dengan mereka, …. Mereka berubah. Siswa  yang lebih tua tidak perlu tangguh. Mereka tidak perlu keren. Mereka hanya perlu menjaga teman kecil itu dan menjadi panutan. 

Kemandirian

Kebiasaan di sekolah Finlandia, anak-anak diajari mandiri saat pergi dan pulang sekolah. Bahkan seorang anak kelas 2 sekali pun berjalan menuju sekolah dan rumahnya yang berjarak 1 km melalui pusat kota. Terkadang di apartemennya tak ada orang, tetapi anak ini mengerjakan sendiri untuk menyiapkan snacknya dan juga mengerjakan PR-nya. 

Anak Finlandia tidak mempunyai gen mandiri dalam tubuh mereka. Mereka mempunyai kesempatan di rumah dan  di sekolah untuk melakukan banyak hal sendiri tanpa bantuan orang lain. Melalui kesempatan ini, mereka lebih mampu mengarahkan dirinya sendiri sebagai pelajar yang mandiri. Sebagai seorang guru, mendorong siswa agar memiliki kemandirian merupakan hal yang teramat penting. 

Mulai dengan Kebebasan

Guru biasanya akan memulai dengan larangan yang signifikan dan dengan filosofi pelepasan tanggung jawab secara bertahap. Untuk mencapai kemandirian dan perkembangan anak, pembelajaran dimulai dengan kebebasan yang signifikan. Seperti apa? Yaitu dengan memberikan kepercayaan untuk merealisasikan ide-ide mereka tanpa terlalu banyak intervensi guru. 

Di sekolah tempt Timothy mengajar ada Minggu Belajar Mandiri. Caranya adalah para guru memberikan para siswa sebuah daftar tugas dari setiap mata pelajaran yang harus mereka lakukan. Diumumkan pada siswa untuk seminggu ke depan tak akan ada pelajaran seperti biasa (lazimnya). Sebagai gantinya siswa akan memiliki jam pelajaran terbuka, mereka bisa menyelesaikan tugas ini sesuai kecepatan mereka masing-masing. Para guru menunggu siswa yang tak memahami untuk meminta bantuan guru. Para guru tinggal berkeliling untuk melihat proses belajar mandiri itu berlangsung. Pada akhirnya para siswa mampu menyelesaikan tugas itu, meskipun ada beberapa anak yang memerlukan waktu tambahan. 

Berdasarkan pengalaman di atas, para guru disarankan untuk memberikan kesempatan berisiko rendah kepada anak-anak lebih sering dalam proses pembelajaran. Mulai dengan kebebasan, dilakukan dengan mengadakan pre-tes, siswa diberi kesempatan untuk menunjukkan apa yang telah mereka ketahui di tahap awal belajar. Pra-tes dapat memberikan informasi kepada guru mengenai titik yang tepat untuk memulai pembelajaran. 

Meninggalkan Batas

Dalam pelajaran kita, guru dapat memasukkan/memberikan batasan dalam pembelajaran kita. Namun, bila batasan itu diterapkan terlalu rapat, malah akan membuat anak terlalu terikat dan tidak membuat mereka berkembang secara natural. Di Finlandia prinsip ‘leave margins’ menjadi acuan para guru. Guru memberi banyak kesempatan untuk bekerja secara mandiri dengan bermakna. 

Anak-anak memerlukan beberapa menit untuk tenang sebelum mengalihkan perhatian pada pelajaran mereka. Akan berguna bila guru menuliskan pesan yang harus dilakukan  yang akan segera dibaca saat mereka masuk kelas. Mereka diberi waktu 5 menit untuk persiapan mandiri. Setelah itu secara otomatis mereka tahu bahwa mereka harus melakukan tugasnya. Saat waktu persiapan pribadi 5 menit, guru baru mulai dengan memeriksa PR, memeriksa ketertiban, menanyakan kesehatan, keadaan cuaca dll.  Kenyataannya, ditemukan bahwa rutinitas ini dapat dilaksanakan  secara efektif kapan pun siswa masuk kelas. Hal ini bertujuan untuk memberikan batas dan awal  yang mulus untuk memulai pembelajaran. 

Menawarkan Pilihan 

Satu cara sederhana untuk menghubungkan minat siswa dengan kurikulum adalah dengan memberikan tugas yang lebih terbuka. Hal ini terkait dengan kritik pada Minggu Belajar Mandiri yang dirasa terlalu banyak tugas yang diberikan. Salah satu yang bisa dilakukan untuk tugas yang terbuka adalah memperbolehkan siswa untuk memilih buku sendiri yang mereka mintati  dan mengulasnya pada saat pembelajaran membaca. Memberikan kebebasan untuk menyajikan laporan mereka dalam bentuk poster, slide, website, atau video. Dalam kebebasan tugas terbuka ini, mereka masih menunjukkan pemahaman atas elemen kurikulum wajib, tetapi mereka memberikan adanya fleksibilitas yang signifikan selama mereka bekerja. 

Buat Rencana Bersama Siswa

Beberapa pengalaman kunci menegaskan pentingnya perencanaan bersama para murid. Hal ini terkait dengan kegiatan yang dirancang untuk kegiatan bersama dalam sebuah kelas. Berbagi tanggung jawab untuk menentukan arah pembelajaran adalah suatu hal yang masuk akal. 

Rencana bersama bisa dibuat dengan memakai pola bagan TMT yang dikembangkan oleh Dona Ogle pada tahun 1980-an. Bagan tersebut adalah:

Hal – yang saya TAHU

Hal – yang MAU saya tahu

Hal – yang TELAH saya pelajari

Bagan TMT adalah suatu cara arif untuk membangun latar belakang pengetahuan dan membantu para siswa melihat bagaimana mereka semakin dewasa secara pengetahuan.

Buat Jadi Nyata

Di Sekolah tempat Timothy bekerja ada kegiatan pembelajaran tentang kewirausahaan, kehidupan sebagai pekerja, kewarganegaraan, dan ekonomi. Untuk memadukan pembelajaran tersebut dibuatlah sebuah kegiatan simulasi kehidupan masyarakat. Mereka menyulap ruangan menjadi miniatur kota yang dilengkapi dengan kantor wali kota, toko-toko, dan bank. Setiap murid diberi satu profesi (misalnya reporter, agen penjualan, penjaga, dll). Dalam kubikal mereka, anak-anak remaja tanggung ini mencermati jadwal harian mereka dan tanggung jawab kerja mereka di komputer tablet, dengan pendampingan seorang dewasa yang siap memberikan bantuan. Para guru bisa berkeliling atau mampir di ‘kafe’ yang menjual minuman dan aneka kue di kota miniatur ini. 

Miniatur kota mulai hidup. Masyarakat dengan berbagai profesi mulai menjalankan tugasnya masing-masing. Mulai pula transaksi terjadi di sini. Para pebisnis mulai menjalankan bisnis mereka. Mereka mulai mengambil kartu bank dan mulailah transaksi jual beli terjadi. Maka kehidupan masyarakat nyata pun berpindah ke sekolah. 

Kegiatan ini merupakan program Yritysky-la (Aku dan Kotaku). Program ini diselenggarakan oleh Dinas Informasi Ekonomi Finlandia (organisasi nirlaba yang sudah berusia 70 tahun lebih). Biaya program ini ditanggung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kotamadya, yayasan swasta, dan banyak perusahaan Finlandia.

Sebenarnya Program Saya & Kota Saya merupakan model pembelajaran yang terinspirasi dari program Amerika ‘BizTown’, yang dimulai oleh sebuah organisasi bernama Junior Achievement . Finlandia melaksanakannya dengan skala nasional.

Manfaat pembelajaran Saya & Kota Saya  para siswa dapat menyelesaikan 2 survey untuk  mengukur pengetahuan ekonomi dan perilaku menabung. Program tersebut meningkatkan minat siswa terhadap masalah yang berkaitan dengan ekonomi dan menabung. Siswa belajar untuk hidup produktif, tidak konsumtif. Kerja tim dalam program itu mengajarkan tentang bersinergi dengan teman lain. Tak pelak lagi dalam proses model pembelajaran ini ada hambatan yang terjadi saat berkolaborasi di antara para siswa yang berperan sebagai pekerja. Di situ siswa belajar untuk menyelesaikan masalah dengan nyata. Jenis pembelajaran persis (seperti nyatanya) seperti  inilah yang memberikan manfaat bagi semua siswa saat memasuki dunia kerja suatu hari nanti. 

Pembelajaran keterampilan praktis seperti menjahit dengan jarum secara manual pun sudah diberikan di kelas sejak dini. Ada juga kelas pertukangan seperti bengkel kerja tukang kayu, mengelas, kelas ekonomi rumah tangga, memasak, mencuci piring, mengelola laundry, dan menjadi penjual-pembeli. 

Satu faktor utama tujuan yang jelas dari model pembelajaran ini adalah membawa  anak-anak belajar bagaimana cara hidup mereka yang nyata sekarang dan di masa depan. Implementasi strategi ‘membuat nyata’ bisa dilakukan dengan sederhana dalam kelas sesuai dengan situasi yang ada. 

Tuntutan Tanggung Jawab

Guru-guru di Finlandia selalu mendengungkan kata ‘responsibility’ diulang-ulang. Ini menunjukkan tingginya tanggung jawab profesional mereka yang dibuktikan dengan tingginya kepercayaan profesionalisme yang mereka dapatkan. Status guru sangat dihargai di Finlandia. Untuk menjadi seorang guru berkualitas, orang Finlandia harus memiliki gelar yang setara dengan bidang magister di bidang pendidikan. Mahasiswa di di bidang pendidikan diharuskan untuk menyelesaikan suatu tesis magister dengan ketentuan yang ketat. 

Sejak usia dini anak-anak Finlandia diberi kepercayaan yang berhubungan dengan tanggung jawab. Setiap hari sebagian besar anak Helsinki pergi dan pulang sekolah secara mandiri. Sejak sekolah di usia dini, anak-anak sudah bermain di taman sendiri tanpa pendampingan orang tua, anak-anak mengambil makanan sendiri ke kafetaria,  mereka berjalan di lorong-lorong sekolah tanpa ditemani guru. Anak-anak ini dipercaya bisa mandiri karena orang dewasa di sekitarnya yakin mereka mampu sukses dengan cara mereka sendiri. Para pejabat dan orang tua Finlandia mempercayai guru lokal karena mereka menghargai profesionalisme para guru. 

Ketakutan dan kurangnya kepercayaan pada anak berimbas pada kurangnya tanggung jawab yang berarti. Namun, ketika kita memberi kebebasan dan kepercayaan, maka tanggung jawab juga tumbuh dan berkebang pada anak itu. Pendekatan mulai dengan kebebasan merupakan sebuah pendekatan yang memasyarakatkan kepercayaan. Di dalamnya ada tuntutan tanggung jawab yang sangat besar. Kita dapat memberikan tanggung jawab kepada siswa dalam area pilihan. Ada risiko gagal ketika kita memberikan tanggung jawab pada anak. Namun, terus lakukan hingga menjadi suatu kebiasaan baik. Menjadi jelas bagi guru bahwa kita memiliki peran penting untuk menyuburkan tanggung jawab melalui pemberian kebebasan dan kepercayaan. 

Berdasarkan pengalaman Timothy mengajar di Helsinki dan kunjungannya ke sekolah-sekolah di seluruh penjuru Finlandia, terkumpul beberapa strategi pengelolaan kelas untuk mengembangkan penguasaan yang terinspirasi dari para pendidik Finlandia. Inspirasi tersebut adalah ajarkan hal-hal mendasar, gunakan teknologi, berikan pendampingan, buktikan pembelajaran, dan diskusikan soal nilai

(Bersambung ke bagian Teach Like Finland bagian 3-Ch. Enung Martina)

Posted in Artikel, budaya, buku, Lain-Lain, pendidikan, Ringkasan, Tentang Guru | Leave a Comment »

TEACH LIKE FINLAND (1)

Posted by lembursingkur pada Maret 21, 2021

MENGAJAR SEPERTI FINLANDIA

Tittle : Teach Like Finland

Author : Timothy D. Walker

Type of book : Non-fiction-education

Publisher : W. Norton & Company.

Publication year : July 2017

Number of pages : 270

“…Tetapi ketika tahun ajaran berakhir, saya sadar betul, saya seorang pendidik yang lebih payah.  Saya mengalami apa yang dinamakan kurangnya keseimbangan antara kerja dan hidup, dan saya merasa sangat tertekan dan penuh dengan kecemasan. Yang paling parah, pekerjaan mengajar tidak lagi menyenangkan, dan rasa ketidakpuasan saya, rupanya berimbas pada siswa saya….”  Hal xxiii

Teach Like Finland (2017) berisikan catatan penulis (Timothy D. Walker) selama menjadi guru di Finlandia, sebuah negara yang siswa-siswanya berada di urutan pertama Programme for International Student Assessment (PISA). Finlandia telah lama dikenal memiliki sistem pendidikan yang unik namun efektif melahirkan siswa-siswi yang cerdas. Semua itu bisa diraih tanpa membebani anak didik dengan jam pelajaran yang ketat.

Sedikit informasi tentang penulis : Teach Like Finland ditulis oleh Timothy D. Walker. Timothy adalah seorang guru yang sebelumnya mengajar di Boston, USA. Dia sering merasa tertekan dan stres karena pekerjaannya. Sampai suatu ketika, Timothy pindah mengikuti istrinya yang berkebangsaan Finlandia. Di sinilah Timothy mulai mengenal Finlandia, sebagai suatu lingkungan pendidikan yang jauh dari kata stres. Berkali-kali dalam bukunya, Timothy menyebut kata kebahagiaan. Rupanya inilah yang menjadi filosofi penting pendidikan Finlandia. Kebahagiaan harus diraih dalam proses belajar-mengajar. 

Hingga kini, negara mungil ini terus-terusan memukau. Bagaimana pendidikan Finlandia yang jam pelajarannya pendek, PR-nya tidak banyak, dan ujiannya tidak begitu terstandarisasi, dapat “mencetak” siswa-siswa dengan prestasi yang sangat baik?

Finlandia mengejutkan dunia ketika siswa-siswanya yang masih berusia 15 tahun berhasil mencatatkan skor tertinggi di penyelenggaraan pertama PISA (Programme for International Student Assessment), pada 2001. Ujian itu meliputi penilaian keterampilan berpikir kritis di matematika, sains, dan membaca. Sekedar tambahan informasi bagi yang belum tahu, PISA itu diselenggarakan oleh OECD (  Organization for Economic Co-Operation and Development – Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan,  dan merupakan organisasi ekonomi internasional yang mapan beranggotakan 34 negara)    dengan tujuan mengevaluasi sistem pendidikan di lebih dari 70 negara. Cara mengevaluasinya yaitu dengan melihat kemampuan remaja usia 15 tahun dalam menggunakan konsep-konsep pelajaran yang sudah mereka pelajari.

Ketika penulis, Timothy D. Walker mulai mengajar kelas 5 di sebuah sekolah negeri di Helsinki, ia mulai mencatat rahasia-rahasia di balik kesuksesan sekolah-sekolah Finlandia.  Buku ini berisi 5 bab yaitu : Kesejahteraan, Rasa memiliki, Kemandirian, Penguasaan, dan Pola Pikir. 

Mari kita mengintip sebagian dari isi buku ini:

Sekolah di Finlandia memiliki aturan jam istirahat yang cukup unik. Setiap pergantian jam pelajaran, diselingi dengan istirahat 15 menit. Dalam waktu 15 menit, anak-anak bisa meregangkan badan, menghirup udara segar, ataupun sekedar membaca buku. Jeda 15 menit setelah tiap pelajaran membawa anak-anak jauh lebih fokus pada pelajaran berikutnya. Jeda istirahat diyakini penting untuk mengistirahatkan otak sehingga kita lebih mudah dalam menyerap informasi-informasi setelahnya.

Finlandia juga melihat bahwa ada beberapa anak saat jam istirahat 15 menit setelah tiap  pelajaran ternyata ada beberapa anak yang lebih memilih memainkan gawainya atau hanya duduk-duduk manis. Hal ini tentunya mempengaruhi pada kondisi fisik anak-anak. Karena itu, diciptakanlah metode dalam pembelajaran yang bisa membuat anak bergerak : melompat, berjalan, berlari, pindah tempat, dll. Hal ini tentunya disesuaikan dengan karakteristik usia anak. 

Finlandia juga menaruh perhatian besar terhadap kesehatan fisik peserta didik. Pemerintah Finlandia menginisiasi gerakan Finnish Schools on the Move. Salah satu yang dilakukan di sekolah tempat Timothy mengajar adalah dengan dibentuknya recess activator atau penggiat istirahat. Penggiat istirahat ini adalah murid tingkat atas yang sepekan sekali akan mengajak murid yang lebih muda untuk memainkan suatu permainan. Untuk anak-anak tingkat menengah, sekolah bisa memberi waktu 30 menit setiap hari untuk aktivitas fisik. Tujuan dari gerakan ini semata hanya untuk memastikan bahwa pelajar tetap aktif dan sehat.

Recharge Sepulang Sekolah

Beban mengajar full time di Finlandia adalah 24 jam per minggu. Jika 15 menit itu masuk hitungan 24 jam, maka para guru mempunyai jam efektif 18 jam setiap minggunya. Para guru mempunyai banyak waktu luang untuk melakukan persiapan. Di sekolah tempat Timothy mengajar para guru pulang tepat waktu. Tak ada istilah untuk melembur pekerjaan. 

Di Finlandia ditemukan apa yang disebut kebijakan sekolah tentang pekerjaan rumah. Guru Finlandia dapat memutuskan berapa banyak PR yang sesuai untuk siswa mereka. Para guru memberikan tugas relatif sedikit yang bisa diselesaikan dalam jangka waktu beberapa hari. Tugas itu pun mudah, artinya para murid bisa menyelesaikan tugas sendiri tanpa harus dibantu orang dewasa. Dengan demikian, para siswa mampu mengisi ulang energi mereka pada malam hari.

Menyederhanakan Ruang

Ungkapan “ Sedikit itu banyak” diamini oleh orang Finlandia, terbukti dari disain mereka yang minimalis. Konsep nyaman orang Finlandia untuk sebuah raung adalah membuat ruang tinggal sesederhana mungkin, rapi, dan nyaman. Demikian pula dengan ruang kelas. Peneliti dari Universitas Carnegie Mellon (2014) meneliti bahwa ruang kelas yang terlalu banyak dekorasi berpotensi membuat anak-anak sulit fokus pada pelajaran. Karena itu di ruang kelas sekolah Finlandia tak banyak tempelan karya anak dengan aneka rupa. Anak mudah teralihkan perhatiannya oleh lingkungan visual. Mereka akan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas dan menunjukkan hasil yang kurang maksimal saat dinding penuh dekorasi.

Udara Segar

Sirkulasi udara di dalam kelas sangat mempengaruhi konsentrasi dalam pembelajaran. Ketika kita menghirup nafas (menghirup oksigen), saat menghembuskan, kita mengeluarkan karbon dioksida. Jika kadar CO2 makin tinggi dalam kelas, maka sistem otak tak dapat bekerja dengan baik. Sebuah penelitian (Higgins, 2015) menunjukkan bahwa nilai fungsi kognitif secara signifikan lebih tinggi ketika bekerja di lingkungan dengan kualitas udara yang baik. Menurut para peneliti suhu udara antara 19 – 24 derajat C adalah suhu yang optimal untuk belajar. 

Masuk ke Alam

Rupanya anak Finlandia mempunyai kebiasaan bermain di alam terbuka. Misalnya saat musim semi, anak-anak Finlandia memancing di kolam umum, berenang di kolam, naik sepeda, dan berjalan-jalan. Bahkan pada musim dingin sekalipun, anak-anak Finlandia juga melakukan kegiatan luar rumah. Anak-anak di sana bermain di luar rumah tanpa pendampingan orang tua. 

Sekolah juga memfasilitasi acara kegiatan alam ini. Sekolah memberikan ijin pada anak-anak remaja untuk memancing bersama di kolam umum dengan guru mereka. Bahkan pada saat musim dingin sekolah Finlandia ada yang mengadakan lintas alam bersama. Ada juga sekolah yang membawa anak-anak bermain seluncuran. Taman-taman kota juga sering dijadikan oleh para guru membawa anak-anak untuk bermain. Terkadang beberapa para guru membawa murid-muridnya ke hutan terdekat untuk menjelajah. Di hutan para murid belajar tentang berbagai konsep pelajaran, termasuk konsep matematika. 

Salah satu program yang sangat disukai oleh anak-anak SD adalah ‘Kemah Sekolah’ untuk kelas 5 dan 6. Biasanya mereka mengadakannya di camping ground di luar sekolah. Dalam buku Last Child in The Woods (2008), Richard Louv memuji bangsa Nordic (orang Finlandia) karena mendorong penyelenggaraan pendidikan berbasis lingkungan. Pendidikan lingkungan ini telah memindahkan pengalaman ruang kelas yang substansial ke alam atau ke komunitas sekitar. Louv mengemukakan istilah nature deficit disorder yaitu suatu keadaan anak-anak yang kurang bersentuhan dengan alam. Melalui istilah ini Louv mau menyatakan adanya jurang yang menganga antara anak-anak dan alam.

Finlandia memang sebuah negara yang hampir seluruhnya tertutup dengan pepohonan dan danau. Karena itu relatif mudah untuk menjelajah alam. Bahkan di Finlandia  ada sebuah sekolah yang disebut Taman Kanak-Kanak Hutan yang menghabiskan waktunya sekitar 4 jam untuk berkegiatan di luar ruangan. 

Penelitian mengesakan rupanya alam dapat sangat membantu anak belajar membangun kepercayaan diri mereka. Dapat mengurangi gangguan gejala hiperaktif akibat kurangnya perhatian. Alam dapat menenangkan anak serta membantu mereka untuk fokus. Bahkan ada beberapa indikasi bahwa alam memainkan peran untuk mengurangi perundungan. Alam juga dapat menangkal obesitas dan gejala gangguan kesehatan fisik dan psikologis yang lain. 

Timothy mengatakan bahwa tak perlu repot menyusun program karyawisata. Para guru bisa menggunakan halaman dan lapangan sekolah. Dengan memanfaatkan lingkungan alam di sekitar sekolah para siswa dapat berinteraksi dengan alam serutin mungkin tanpa harus repot membuang waktu pergi ke luar sekolah. Beberapa yang bisa dilakukan guru untuk kegiatan alam di sekitar sekolah adalah mengobservasi dan menuliskan laporan/jurnal mengenai objek yang ditemukan sekitar lingkungan sekolah, mengabadikan kehidupan alam dengan kamera, mengumpulkan objek alami lalu membuat desrpsinya, membuat proyek menanam atau memelihara, membuat karya sastra berdasarkan alam yang ada di sekitar sekolah, dll

Atmosfer Kedamaian

Sekolah di Finlandia tampaknya telah meningkatkan suatu area yang memberikan sebuah atmosfer yang menenangkan bagi para guru dan muridnya. Proses belajar begitu tenang dan bebas dari tekanan. Fitur ketenangan sekolah di Finlandia merupakan alasan utama dapat belajar secara efisien dan telah terbukti dari hasilnya. 

Kedamaian terhubung dengan keheningan. Para peneliti di Universitas Oregon mengidentifikasi adanya hubungan antara kebisingan di tempat tinggal anak dengan kemampuan anak untuk mendeteksi perbedaan antara 2 kata yang hampir sama dalam kecakapan membaca mereka. Penelitian itu menemukan bahwa semakin bising lingkungan rumah, semakin sulit anak-anak mengidentifikasi 2 kata yang mirip. Penelitian menyebutkan bahwa latar belakang suara di kelas dapat mempengaruhi pembelajaran anak. 

Salah satu latihan dalam kelas untuk menjaga ketenangan dan kedamaian adalah mempraktikkan latihan ‘mindfulness’. Dalam latihan di kelas secara umum hanya berlangsung dalam hitungan menit.

Rasa Dimiliki

Ada beragam langkah yang dapat diambil guru untuk membudayakan suatu perasaan saling terhubung di dalam sebuah kelas. Rasa dimiliki bisa kita bagi dengan para murid juga dengan sesama guru. Pentingnya menumbuhkan  suatu komunitas dapat membantu mengatasi masa-masa sulit seseorang.

Para guru di Helsinki  memprioritaskan hubungan satu sama lain. Rasa  dimiliki berpengaruh positif terhadap kebahagiaan kita yang dapat mendukung pengajaran kita, masuk akal jika kita secara berkala memelihara hubungan kita dengan rekan kerja dan juga orang lain, sahabat lama, saudara, keluarga besar, keluarga jauh, sanak-saudara. Selain itu, di Finlandia guru kelas berkumpul dengan para profesional dan guru dari sekolah lain untuk membahas kebutuhan di kelas mereka. 

Mengenal Setiap Anak 

Pendidikan SD di Finlandia sebelum anak naik kelas 5, mereka didampingi didampingi guru kelas yang sama selama 4 tahun. Dua tahun terakhir di kelas 5 dan 6 dipegang satu guru yang berbeda. Untuk mengenal tiap siswa, guru bisa sesekali melaungkan makan bersama saat istirahat dengan anak. Bisa juga mengadakan acara di luar kelas (hangout bersama), atau juga bisa satu waktu kunjungan rumah. 

Selain itu, mengenal anak juga bisa dilakukan dengan bermain bersama mereka. Guru menjadi bagian dalam permainan mereka. Bisa bermain di taman, atau lapangan. Permainan bisa diserahkan pada murid yang memimpin dan guru menjadi pemain. Atau bisa permainan dikelola guru menjadi sebuah permainan terstruktur. 

Dengan bermain,  start yang lunak perlu agar rutinitas dan prosedur sekolah tumbuh perlahan-lahan dalam diri anak-anak. Hari pertama sekolah bisa dihabiskan dengan mengobrol tentang masa liburan, berolahraga bersama, menari bersama, berjalan-jalan atau ke taman kota. Para guru memulai dengan sesedikit mungkin tekanan. Siswa menjlani ‘proses organik’ kembali ke sekolah. Semua kegiatan ini cara yang menyenangkan, aktif, tanpa tekanan untuk memperkuat hubungan satu sama lain dan kegiatan ini bisa untuk semua tingkat kelas dengan penyesuaian. 

Setelah kegiatan ‘bersenang-senang’ ini, konfirmasi berupa tanya jawab tentang rangkaian kegiatan itu penting. Hal ini terkait agar mereka mampu merefleksikan apa yang mereka dapatkan dan apa yang mereka pelajari. 

Merayakan Pembelajaran

Merayakan jerih payah murid di kelas setelah mereka belajar merupakan cara yang tepat untuk menghormati dan menghargai perjuangan mereka dalam belajar. Saat sebuah topik selesai dipelajari, guru bisa meluangkan waktu 10-20 menit untuk memberikan konfirmasi terhadap apa yang mereka dapatkan dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam topik teks prosedur membuat masakan, sekelas bisa menikmati hasil masakan bersama. Saat membuat sebuah karya puisi, anak-anak bisa menikmati menyimak karya mereka. Kalau itu sebuah tulisan esai atau cerpen, bisa dipublikasikan di majalah dinding atau di website kelas/sekolah.  Dapat juga satu waktu kelas disulap menjadi ruang resepsi, ruang pameran, atau panggung. Para siswa bisa merayakan karya mereka dalam ruang pameran atau panggung kelas. Bisa juga merayakan makan snack  bersama di ruang resepsi mereka. Tempat pun tidak harus di kelas bisa diambil di taman atau kebun sekolah, atau di tempat yang memnungkinkan. 

Perayaan belajar merupakan jeda untuk berterima kasih dan memberikan apresiasi secara komunal terhadap kerja keras, dan daya juang para siswa. 

Mewujudkan Mimpi Kelas

Setiap kelas mempunyai tujuan komunal yang akan dicapai bersama-sama dalam kelas tersebut. Setiap kelas didukung oleh tiap individu yang juga mempunyai tujuannya masing-masing. Perayaan belajar dalam kelas untuk tiap selesai pembelajaran merupakan perayaan-perayaan kecil dari pencapaian tujuan kelas secara komunal ataupun secara individual. 

Kelas sebagai sebuah komunitas mengikat satu sama lain. Mereka dipersatukan oleh satu perasaan saling memiliki dalam kelas mereka. Begitu pentingnya suatu pengalaman ikatan sosial yang relasi dalam kelas. Bagaimana suatu kelas bisa mengejar mimpinya. Pertama guru dan murid perlu membuat keputusan bersama untuk mimpi kelas yang realistis. Contoh mimpi kelas : Perkemahan kelas di alam terbuka. Setelah itu, mulailah berdiskusi tentang peran-peran yang bisa diambil oleh para murid. Selanjutnya kelas akan mulai pelan-pelan merealisasikan mimpinya. Guru dalam hal ini memantau progress dari mimpi tersebut.  

( Enung Martina)

Posted in Artikel, Belajar Mandiri, buku, kurikulum, Lain-Lain, pendidikan, Ringkasan, Tentang Guru, Uncategorized | Dengan kaitkata: , , | Leave a Comment »

BACA BUKU IKIGAI

Posted by lembursingkur pada Maret 17, 2021

IKIGAI Rahasia Hidup Bahagia dan Panjang Umur Ala  Orang Jepang

Judul                    : IKIGAI Rahasia Hidup Bahagia dan Panjang Umur Ala Orang Jepang

Genre                    : Self Improvement

Penulis                  : Hector Gracia dan Francesc Miralles

Penerbit                : Penerbit Renebook

Penerjemah          : Krisnadi Yuliawan

Tahun Terbit        : Cetakan I, Desember 2019

Jumlah Halaman: 232 halaman

ISBN                      : 978-602-1201-80-0

“Cepat atau lambat, kita semua harus menghadapi saat-saat sulit, dan cara kita melewatinya bisa membuat perbedaan besar pada kualitas hidup kita. Latihan yang tepat bagi pikiran, tubuh, dan ketahanan emosional sangat penting untuk menghadapi pasang surut kehidupan.” (halaman 183-184)

Orang-orang Jepang percaya, setiap manusia memiliki Ikigai-nya sendiri-sendiri, yakni alasan kita hidup di dunia ini. Semacam tugas kehidupan yang membuat kita selalu semangat menjalani hidup, apa pun kondisinya. Maka tak heran, menurut WHO, Ikigai telah membuat bangsa Jepang masuk dalam deretan manusia dengan rata-rata harapan hidup tertinggi di dunia dan bahagia.

Ikigai adalah istilah Jepang untuk menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan.[1] Kata itu secara harfiah meliputi iki, yang berarti kehidupan dan gai, yang berarti nilai.[2] Ikigai kadang diekspresikan sebagai “alasan untuk bangun di pagi hari”. Ikigai-lah yang memberikan motivasi berkelanjutan untuk menjalani hidup, atau bisa juga dibilang bahwa ikigai-lah yang memberikan gairah hidup yang membuat semangat dalam menyambut kedatangan setiap hari baru.[1] Ikigai juga seringkali diartikan sebagai prinsip hidup bahagia yang dapat mengatasi rasa jenuh dalam menghadapi rutinitas sehari-hari.[3]Diagram Venn ikigai

Buku ini membahas aturan Ikigai.   Pada dasarnya, Ikigai adalah irisan dari empat diagram venn: 1) apa yang kamu cintai, 2) apa yang kamu kuasai, 3) apa yang dunia butuhkan, 4) apa yang membuatmu bisa dibayar.  Ikigai artinya Menemukan Ikigai artinya menemukan titik tengah dari keempat hal tadi dari diri kita.

 Buku IKIGAI diantaranya sebagai berikut:

  1. Terus aktif, jangan pensiun
  2. Perlahan saja
  3. Jangan penuhi perutmu
  4. Kelilingi dirimu dengan teman baik
  5. Bugar untuk ulang tahunmu yang akan datang
  6. Senyumlah
  7. Berhubungan kembali dengan alam
  8. Bersyukurlah
  9. Hiduplah pada saat ini
  10. Ikuti Ikigai-mu

Membahas rahasia umur panjang ala IKIGAI:

  1. Mengonsumsi makanan yang seimbang dan menyerap lebih banyak kalsium
  2. Menjemur diri di bawah sinar matahari secukupnya setiap hari
  3. Tidur nyenyak yang cukup
  4. Menghindari stress, alkohol, tembakau dan kafein

Kemudian, rahasia hidup bahagia ala IKIGAI adalah:

  1. Jangan khawatir
  2. Tumbuhkan kebiasaan baik
  3. Peliharalah kebiasaan baik
  4. Hiduplah dengan tidak tergesa-gesa
  5. Selalu optimis

Yang menarik dari buku ini:

Bergerak sederhana, hidup lebih lama dilengkapi dengan contoh gerakan-gerakan sederhana yang bisa kita contoh (disesuaikan saja dengan minat dan kebutuhanmu) pada saat membaca buku ini.

Sesuai dengan judulnya rahasia hidup bahagia dan panjang umur ala orang Jepang, lewat buku ini saya semakin terbuka wawasan bahwa tidak sulit melakukannya, hanya butuh tekad yang kuat saja untuk menemukan ikagai dalam diri masing-masing.

buku ini tidak memasukkan unsur kebahagian berdasarkan jumlah kekayaan yang kita miliki, yang seringkali menjadi tolak ukur. Kita diajak untuk menemukan ikigai masing-masing pembaca yang pada dasarnya ikigai setiap orang itu berbeda. Namun, sejatinya apa pun bentuk kebahagiaan yang kini cari, ketahuilah bahwa bahagia itu ada di dalam hati setipa orang. Ini semua tentang sudut pandang dan bagaimana cara kita memaknai kata “bahagia.”

(Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.quipper.com, https://www.ruangguru.com/blog/konsep-hidup-ikigai#:~:text= https://id.wikipedia.org/wiki/Ikigai

Posted in budaya, buku, Lain-Lain, pendidikan, Ringkasan | Dengan kaitkata: , | Leave a Comment »

RUANG GURU:NILAI LOYALITAS

Posted by lembursingkur pada Maret 16, 2021

Komponen di sekolah berkontribusi secara aktif dalam keberhasilan proses pendidikan di sekolah, termasuk guru sebagai pengajar dan pendidik.  Pada masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini peran guru sangat besar dalam terselenggaranya pendidikan di sebuah sekolah. Para pendidik  memiliki loyalitas kerja dalam mendidik anak-anak yang dipercayakan sebagai murid meski dalam situasi pandemic seperti ini.

Dalam pengalaman perjuangan menjadi guru setahun pada masa Covid 19 ini, banyak tantangan yang dihadapi oleh saya pribadi sebagai guru, dan tentunya oleh semua guru di seantero jagat pendidikan. Tantangan dimulai dari hal teknis, media, sosial, konten, metode, hingga motivasi. Tanpa nilai loyalitas, semua tantangan itu tak mungkin bisa dilalui. Karena dengan loyalitas yang tinggi,  maka kinerja guru menjadi baik yang tentunya berdampak pada peningkatan kualitas mengajar.

Dalam perjalanan saya ke kampung halaman (Kertajaya, Panawangan, Ciamis)  selama tiga hari (menjenguk ibu saya yang sedang ada masalah pelemahan jantung), saya juga melihat bagaimana teman-teman guru yang ada di daerah berusaha sekuat tenaga untuk menyelenggarakan pendidikan. Dengan keterbatasan sarana, mereka tetap bisa memberikan pendidikan untuk para murid. Saya melihat keponakan saya yang kelas VI juga pukul  8 pagi   sudah siap dengan peralatan sekolahnya untuk belajar sesuai arahan dari Ibu Guru pada WA grup kelasnya. Malamnya dia juga belajar karena akan ada ulangan pelajaran Agama Katolik yang akan diselenggarakan nanti siang melalui soal yang harus diambil oleh orang tua ke rumahnya dan nanti jawabannya diantar ke rumah ibu guru. 

Dengan segala keterbatasan para guru  memberikan pelayanan untuk mencerdaskan para muridnya. Meski di desa jauh dari kehingaran pun dampak pandemic sangat terasa nyata. Di SDN Kertajaya di kampung saya, para guru tetap masuk kerja setengah hari ke sekolah. Memberikan instruksi via WA grup kelas. Atau menyediakan lembaran tugas atau soal yang akan diambil oleh orang tua ke seolah. Selain itu, juga menunggu hantaran tugas/pekerjaan anak yang diantar oleh orang tua. Hal ini dilakukan karena ada orang tua yang tidak mampu menjangkau WA grup dengan alasan HP masih jadul, atau tak ada kuota. Namun, puji Tuhan, sekarang internet juga sudah masuk ke desa melalui wifi bersama yang disalurkan lewat modem ke rumah-rumah yang mau berlangganan. Dengan harga Rp 60.000 per bulan, wifi sudah mengalir ke rumah. Ya… tetapi terkadang aliran internet tidak lancar. Namun, bersyukur karena sudah ada internet. 

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tentunya menimbulkan perubahan yang ada dalam dunia pendidikan.  Seperti kita ketahui bahwa  pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia, para pendidik selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan meningkatkan kualitas diri sebagai seorang guru. Di sinilah letak loyalitas seorang guru terlihat. 

Loyalitas kerja guru terhadap pekerjaan merupakan keyakinan seorang guru mengenai pekerjaan yang diembannya. Hal ini  disertai pula adanya perasaan tanggung jawab moral  tsebagai seorang guru. Tanggung jawab moral ini memberikan dasar kepada guru tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya untuk menghadapi berbagai tantangan dalam berbagai situasi.

Loyalitas kerja guru terhadap pekerjaan mempengaruhi tindakan guru tersebut dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Bilamana seorang guru memiliki loyalitas kerja yang tinggi terhadap pekerjaannya, maka sudah tentu guru akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Meskipun keadaan pandemic seperti ini, tak menjadi halangan bagi seorang guru melakukan tanggung jawabnya terseut. Bahkn, situasi ini akan meemperlihatkan kualitas dan loyalitas seorang guru.

Keloyalan  seorang guru dapat dilihat dalam bentuk kesetiaan, komitmen dan kepuasaannya terhadap pekerjaan maupun dalam bentuk motivasi kerja yang ditampilkan. Guru yang memiliki loyalitas tinggi terhadap pekerjaan, sudah barang tentu akan menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekerjaanya maupun motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru yang mampu bekerja secara profesional dan memiliki kompetensi profesional yang tinggi. 

Perlu diingat bahwa loyalitas seorang guru tidak dipandang dari sederet titel yang disandangnya, atau sebanyak sertifikat yang diperolehnya, atau seberjibunnya followers di akun media sosialnya. Menurut Walgito, loyalitas yang ada pada diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal, yaitu berupa situasi yang dihadapi individu, norma-norma, dan berbagai hambatan maupun dorongan yang ada dalam masyarakat.

Loyalitas adalah kemauan bekerja sama yang berarti kesediaan mengorbankan diri, kesediaan melakukan pengawasan diri,  dan kemauan untuk tidak menonjolkan kepentingan diri sendiri. Kesediaan untuk mengorbankan diri ini melibatkan adanya kesadaran untuk mengabdikan diri kepada sebuah institusi. Loyalitas kepada institusi sebagai sikap, yaitu sejauh mana seseorang pegawai (guru) mengidentifikasikan tempat kerjanya yang ditunjukan dengan keinginan untuk bekerja dan berusaha sebaik-baiknya dan kedua, loyalitas terhadap institusi sebagai perilaku, yaitu proses ketika  seseorang karyawan/guru mengambil keputusan pasti untuk tidak keluar dari institusi apalagi saat institusi tersebut sedang membtuhkan energi untuk bertahan atau berkembang. 

Loyalitas mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Juga menunjukkan tingkatan loyalitas orang tersebut. 

Perubahan paradigma pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup generasi muda di masa depan.

Dengan begitu jelas nyata perkembangan tuntutan dunia pada masa ini memerlukan loyalitas seorang guru dan juga kapabilitas dalam pekerjaannya sehingga pembelajaran yang diberikan bisa sampai sebagaimana mestinya pada anak-anak yang membutuhkannya. Sikap guru yang loyal antara lain menaati peraturan yang ditentukan, melakukan dan mengamalkan sesuatu yang ditaatinya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, disertai dengan pengabdian yang kuat, dan  identifikasi personal terhadap upaya pencapaian tujuan institusi sesuai keahliannya. Sikap-sikap ini  akan membawa  peningkatan efektifitas dalam kinerja. Semakin tinggi loyalitas seorang guru,  makin tinggi pula kinerjanya. (Ch. Enung Martina) 

Sumber: http://jurnal.uai.ac.id/index.php/SH/article/

https://ojs.unida.ac.id/skripsiunida/article/view/2611

https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alqalb/article/download/871/693

Posted in Artikel, pendidikan, Tentang Guru, Uncategorized | Dengan kaitkata: , | 2 Comments »

Pengajaran Teks Prosedur

Posted by lembursingkur pada Februari 19, 2021

Pembelajaran jarak jauh merupakan cara yang umum digunakan dalam dunia pendidikan sekarang. Untuk mengatasi keterbatasan dalam berbagai hal, maka para pendidik biasanya akan menyederhanakan kurikulum dengan memberikan kompetensi dasar esensial. Salah satu kompetensi dasar esensial yang sering digunakan oleh guru Bahasa Indonesia untuk pengajarana di kelas VII semester 1 adalah Teks Prosedur.

Pengertian

Teks prosedur merupakan teks yang berisi cara, tujuan untuk membuat atau melakukan sesuatu hal langkah demi langkah yang tepat secara berurut sehingga menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prosedur adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Biasana teks prosedur terdapat pada tulisan yang mengandung cara, tips, atau tutorial untu melakukan langkah tertentu.

Penerapan Pengajaran Teks Prosedur

Pengajaran di bawah ini dirancang untuk pengajaran di kelas virtual (link Gmeet). Pengalaman pembelajaran yang saya lakukan dilakukan dengan langkah-langkah di bawah ini:

Pertemuan 1:

  1. Pengantar: memberikan apersepsi tentang prosedur dalam kehidupan sehari-hari, misalnya makanan kesukaan. Lalu tanyakan bagaimana cara membuatnya.
  2. Langkah kedua saya menamilkan video dari youtube cara-cara membuat cimol yang tidak meledak. Anak menyimak.
  3. Mendiskusikan isi video dan tanya jawab seputar isi video dan seputar cimol.
  4. Masuk ke identifikasi teks prosedur dari struktur dan ciri-cirinya
  5. Penyimpulan bersama dengan anak
  6. Peneguhan dari guru
  7. Memberikan tugas untuk menyimak kembali cara pembuatan cimol serta menjawab pertanyaan pada Google formulir seputar isi video struktur serta ciri teks prosedur. Video dan juga Gform dipasang di Google classroom (GC). Guru tinggal memantau hasilnya sesuai dengan tenggat waktu ayng dibagikan. (Tagihan: hasil kerja anak di Gforms)

Pertemuan Kedua:

Pertemuan kedua memperdalam struktur dan ciri teks prosedur.

  1. Tanya jawab seputar materi yang sudah didapat pada pertemuan sebelumnya
  2. Semalam sebelum kelas mulai guru sudah memasang materi : contoh teks prosedur pada GC agar siswa bisa membaca terlebih dulu: Cara Membuat Kue Denis.
  3. Menanyakan seputar materi contoh teks prosedur yang sudah dipasang tentang Cara membuat Kue Denis.
  4. Mulai melihat teks dari strukturnya.
  5. Menugaskan anak untuk membuat teks prosedur sendiri yang memungkinkan untuk dilakukan. (Tagihan: Teks prosedur pada Google document)
  6. Petunjuk membuat teks prosedur pada Google Classroom:

Setelah mempelajari struktur Teks Prosedur, kalian akan mulai membuat teks prosedur dengan langkah-langkah berikut:

  • Tema teks prosedur kalian adalah Menjadi Remaja Kreatif di Era New Normal.
  • Berdasarkan tema di atas kalian akan menentukan prosedur apa yang akan kalian buat yang sesuai tema, menarik, mudah, murah, dan kreatif.
  • Teks prosedur yang kalian buat berupa urutan gambar yang disesuaikan dengan struktur teks prosedur. 
  • Pahami contoh pembuatan Komik Teks Prosedur. Adapun sebagai berikut:
    • Perhatikan contoh komik prosedur yang diberikan
    • Siapkan kertas A4
    • Lipatlah kertas A4 menjadi 6 lipatan
    • Tulislah judul yang menarik. Kemudian di kotak pertama kalian akan membuat gambar tentang alat/bahan yang digunakan
    • Kotak selanjutnya digunakan untuk membuat gambar urutan langkah. Berilah no urutan di pojok kanan atas gambar.
    • Setelah gambar itu jadi, silakan untuk mewarnai gambar tersebut.
    • Berilah kolom kecil di bawah gambar untuk menuliskan kalimat penjelasanya. Buatlah kalimat perintah, kalimat ajakan, atau kalimat larangan di bawah gambar tersebut sebagai penjelas gambar di atasnya.
    • Setelah selesai, silakan foto gambar tersebut kemudian, masukan ke dalam GC ini.
    • Kumpul tugas ini maksimal hari Selasa, 3 November 2020 pukul 07.00

Pertemuan Ketiga

  1. Sebelumnya guru sudah menyiapkan / membuat video pengajaran tentang kebahasaan teks prosedur. Biasanya di sekolah kami, guru satu bidang kolaborasi untuk berbagi materi dan membuat materi. Kami membagi-bagi tanggung jawab tiap kompetensi dasar esensial.
  2. Guru sudah memasang video pengajaran tentang kebahasan teks prosedur sebelum kelas mulai (dipasang sehari sebelumnya di GC)
  3. Guru menanyakan hal-hal yang kurang jelas tentang konten kebahasaan yang ada dalam video pengajaran.
  4. Guru menjelaskan ulang konten video.
  5. Anak diminta untuk mengerjakan soal tentang kebahasaan pada Gform yang dipasang di GC.

Pertemuan Ke-4

Pertemuan ini praktik membuat karya/produk berdasarkan teks prosedur yang sudah dibuat pada pertemuan ke-2.

Petunjuk Kegiatan:

Setelah kalian selesai membuat komik, sekarang kalian akan mempraktekkan langkah-langkah yang sudah kalian buat di komik itu. Ikutilah petunjuk tugas berikut:

  1. Simaklah dua contoh video demonstrasi teks prosedur
  2. Setelah itu, buatlah video dari komik teks prosedur pada pertemuan kedua yang kamu buat
  3. Video tersebut harus sesuai dengan struktur teks prosedur (menyebutkan tujuan teks prosedur, menyebutkan alat/bahan teks prosedur, dan menyebutkan langkah-langkah teks prosedur. Diakhir video ambilah gambar hasil dari makanan/minuman yang kamu buat
  4. Video berdurasi minimal 3 menit dan maksimal 5 menit.
  5. Editlah video mu semenarik mungkin agar menarik.
  6. Tugas ini dikumpulkan hari Jumat, 6 November 2020 pukul 07.00 pada Google Classroom.

Pertemuan Ke-5

latihan soal untuk menyiapkan penilaian harian.

Pertemuan Ke-6

Pengambilan nilai harian pada Google formulir yang dipasang di GC. Selama ulangan guru memantau lewat kelas virtual. Anak wajib membuka kamera.

Demikian urutan pembelajaran teks prosedur. Kami menggunakan kegiatan ini sebagai pembelajaran kolaborasi dengan Matematika untuk menghitung harga bahan (modal) , harga jual dengan 3 variasi harga penjualan, dan persentase keuntunagn yang diperoleh.

Sumber: https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/15/200000769/teks-prosedur–pengertian-struktur-dan-ciri-cirinya?page=all, pengalaman pembelajaran jarak jauh di SMP St. Ursula BSD. (Enung Martina)

Posted in Artikel, Belajar Mandiri, Karya Siswa, kurikulum, Lain-Lain, pendidikan, RPP, Usaha | Dengan kaitkata: , | Leave a Comment »

PENERAPAN: Pembelajaran Kolaborasi (Collaborative Learning)

Posted by lembursingkur pada Februari 18, 2021

 

Masa pembelajaran jarak jauh seperti ini banyak memerlukan kreativitas dan terobosan dalam pelaksanaannya. Pembelajaran kolaborasi merupakan salah satu yang bisa dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif, efisien, dan lebih seru.

Pengertian

Pembelajaran kolaborasi (Collaborative Learning) merupakan model pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar. Pendekatan ini dapat digambarkan sebagai sebuah model pembelajaran dengan menumbuhkan siswa secara aktif untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dalam mencapai tujuan bersama.

Model Pembelajaran Project Based Learning merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan. Permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan yang kompleks dan membutuhkan penguasaan berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya penyelesaiannya. Proyek yang dibuat dapat merupakan proyek dari satu guru, atau proyek bersama dari beberapa guru yang mengasuh pelajaran yang berbeda. (Abdullah Sani (2015:172))

Tujuan

Pendekatan kolaborasi bertujuan agar siswa dapat membangun pengetahuannya melalui dialog, saling membagi informasi sesama siswa dan guru sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan mental pada tingkat tinggi. Model ini digunakan pada setiap mata pelajaran terutama yang mungkin berkembang sharing of information di antara siswa.

Menurut pengertian di atas, Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai langkah dalam pembelajaran. Pembelajaran dilakukan secara sistematik untuk mengeksplor peserta didik dan mengikut sertakan peserta didik dalam proses pembelajaran saat peserta didik dituntut untuk bisa kreatif dan bekerjasama. Pada akhir pembelajaran peserta didik dapat menghasilkan suatu produk / karya sebagai hasil kegiatan pembelajaran.

Sinergi Antar Mata Pelajaran

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning tidak harus berdiri sendiri pada satu bidang studi tertentu tetapi dapat juga gabungan dari berbagai mata pelajaran. Hal ini tentunya akan mempermudah peserta didik dalam pengerjaan, dan tidak banyak menyita waktu, sebab sebuah hasil proyek bisa dinilai oleh beberapa pelajaran.

Kolaborasi guru antarmata pelajaran dalam pembuatan proyek ini selain mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran juga membuat peserta didik lebih kreatif, inovatif. bagi para guru memudahkan membimbing siswa, bisa mengurangi beban kerja guru karena siswa dibimbing oleh beberapa guru yang berbeda mata pelajaran. Hal baik lainnya juga tidak terlalu membebani siswa. Dilihat dari sisi ekonomi, juga dapat menekan biaya yang terlalu tinggi dalam pembuatan proyek karena mengerjakan satu proyek untuk banyak mata pelajaran.

Contoh Penerapan

Materi : Teks tanggapan Kritis, Bahasa Indonesia Kelas IX, Semester 1

Kolaborasi Bahasa Indonesia dengan Pelajaran Seni Rupa

Langkah kegiaatn:

  1. Guru Bahasa Indonesia menjelaskan hal-hal terkait dengan materi pelajaran Teks Tanggapan Kritis
  2. Guru Seni Rupa memberikan tentang hal-hal terkait aliran dalam Seni Rupa dalam pelajaran Seni Rupa
  3. Para siswa diminta utuk membaca para maestro Seni Rupa Indonesia dengan karya-karyanya.
  4. Setelah itu mereka diminta untuk memilih salah satu karya (lukisan) dari seorang pelukis Indonesia.
  5. Kemudian peserta didik diminta untuk menulis tanggapan kritis terhadap karya seni tersebut dengan ketentuan yang diberikan guru.
  6. Ketentuan tersebut adalah: teks karya ilmiah sesuai dengan struktur teks dan menerapkan kaidah kebahasaan yang sudah dipelajari dalam kelas Bahasa Indonesia.
  7. Selain itu, isi tanggapan kritis meliputi penjelasan tentang :Gaya/aliran seni lukis, tema karya seni lukis, komposisi warna, bentuk, obyek, Media berkarya, dan pertanyaan tentang pendapat aliran seni lukis apakah yang paling menarik serta alasannya.
  8. Teks tanggapan akan dibuat pada aplikasi Book Creator yang disertai dengan ilustrasi yang sesuai.
  9. Karya anak berupa teks tanggapan kritis pada Book Creator dibuat linknya dan kedua guru mata pelajaran tinggal menilai dari link yang diberikan.

Penutup

Dari sudut pandang ini, model belajar kolaboratif menjadi efisien karena setiap siswa dituntut untuk berfikir secara interaktif. Para ahli berpendapaat bahwa berfikir bukanlah sekedar memanipulasi objek-objek mental, melainkan juga interaksi dengan orang lain dan dengan lingkungan. Dalam kelas yang menerapkan model kolaboratif, guru membagi otoritas dengan siswa dalam berbagai cara khusus. Guru mendorong siswa menggunakan pengetahuan mereka, menghormati rekan kerjanya dan memfokuskan diri pada pemahaman tingkat tinggi.

Peran guru dalam model pembelajaran kolaboratif adalah sebagai mediator dan fasilitator. Guru menghubungkan informasi baru terhadap pengalaman siswa dengan proses belajar di bidang lain, membantu siswa menentukan apa yang harus dilakukan jika siswa mengalami kesulitan dan membantu mereka belajar tentang bagaimana caranya belajar. Lebih dari itu, guru sebagai mediator menyesuaikan tingkat informasi siswa dan mendorong agar siswa mengoptimalkan kemampuannya untuk bertanggung jawab atas proses belajar mengajar selanjutnya.

Dengan melakukan pembelajaran kolaborasi antarmata pelajaran, kiranya dapat melahirkan lebih banyak lagi karya yang luar biasa. Sebuah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan rasa bahagia dan penuh tali kekeluargaan, akan menjadikan kita nyaman dan bahagia dalam belajar dan bekerja. Pada dasarnya saat guru bahagia dan siswa bahagia, maka pendidikan seharusnya menggembirakan semua. Situasi ini diharapkan dapat lebih menghasilkan generasi penerus yang lebih berkualitas di kemudian hari.

Sumber: https://www.sekolahmenyenangkan.org/pembelajaran-kolaborasi/# http://disdikkbb.org/news/kolaborasi-antar-mapel-tingkatkan-kreativitas-siswa-di-smpn-4-cikalongwetan/ https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JLLS/article/view/17319, berdasarkan pengalaman pembelajaran yang sudah dilakukan. ( Enung Martina)

Posted in Artikel, Belajar Mandiri, kurikulum, Lain-Lain, pendidikan, RPP, Tentang Guru | Dengan kaitkata: , , | Leave a Comment »

Puisi Persahabatan (Ibu-Anak)

Posted by lembursingkur pada Januari 29, 2021

Untuk Leleki Bulan Juni

Berawal tentang adamu

Dari tiada menjadi ada

Menempati ruang hangat dalam garbaku

Mulai dari tangis panjangmu

Kamu hadir di dunia tanpa kau minta

Karena hidup menghendakinya demikian

Tak kuingat ada kue ulang tahun pada tiap hari jadimu

Karena peringatan ulang tahun tak mesti kue

Namun, tak pernah kulupa kuhidangkan doa

Yang selalu tersedia pada perbendaharaan sukmaku

Kau milik zamanmu, maka bersiaplah!

bintang mana yang mau kau petik

saat memetiknya kau tahu : tak selamanya berhasil

namun, aku tahu kau seorang petarung

Padamu semua yang terjadi, adalah keajaiban

Kala malam telah melampaui garisnya

Dini hari mulai menjelma..

Tapi kau tetap hanyut dalam bayangan rembulan

Berlayar bersama Suaka

Umurmu 25 tahun:

2 (Loro/Roro/Kalih/Rwa) = Dwi (dua yang menyatu/keseimbangan),

Tengen (tangan), Sikil (kaki), Kuping (telinga), Mripat (mata), Netra (penglihatan), Panembah (menghormati), Bekti (pengabdian)

5 (Limo/Gangsal) = Panca (kekuatan diri), Astra (kesaktian), Tumata (tertata, teratur)

2 x 5 = 10 (kesempuraan)

segala sesuatu yang ada di bawah kolong langit ini

jika kau mampu menyebutkan semuanya, itu hanya akan berarti suwung, kosong

kamu  berada di hadapana KASUNYATAN

tidak berarti apa-apa

baru akan berarti saat kau menempatkan AKU

sebagai pemimpin (1-0)

Sang AKU 1 (SIJI), ESA,  sebagai Pemimpin dan Pembimbing

0 (NUL), fana – tidak berarti apa-apa, suwung

Masih ada beribu langkah lagi yang akan kau jalani

dan deretan angka pada tiap langkahmu

karena sejatinya hidup adalah bilangan

menghitung berkat pada tiap helaan nafasmu!

(Ch. Enung Martina: ”Selamat Ulang Tahun ke-25, Tuhan memberkati!” Dibuat 10 Juni 2018)

Posted in budaya, Lain-Lain, pendidikan, Puisi, sastra, Uncategorized | Dengan kaitkata: , | Leave a Comment »

KOMPETENSI DASAR ESENSIAL BAHASA INDONESIA KELAS VIII/SEMESTER 2

Posted by lembursingkur pada Januari 9, 2021

Masa pembelajaran dengan Jarak Jauh (PJJ) membutuhkan strategi dan edekatan yang sesuai agar bisa berjalan dengan lancar dan tidak membuat repor guru maupun peserta didik juga orang tua. Kaena itu, para pendidik diberikan keleluasaan untuk menentukan kompetensi dasar dan materi yang dirasa dan diperkirakan bisa terjangkau dengan berbagai pertimbangan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menginstruksikan agar proses pembelajaran dilakukan dari rumah melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Kebijakan ini diambil sebagai pilihan agar pembelajaran tetap berlangsung meski dengan berbagai penyesuaian di tengah krisis kesehatan akibat Covid-19.

Materi yang esensial, yang dalam artikel ini didefinisikan sebagai materi dasar, penting, pokok, yang perlu dipahami atau dikuasai oleh siswa, akan dilihat dari berbagai kacamata praktis. Sebagian dari kacamata ini adalah kurikulum, standar kompetensi lulusan, dan modus soal ujian sebelumnya, juga keterjangkauan peserta didik.

Di bawah ini adalah materi / kompetensi dasar esensial Bahasa Indonesia untuk kelas VIII seester 2 yang bisa digunakan.

  1. Puisi Modern
3.7     Mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan atau dibaca
4.7 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun dan makna teks puisi yang diperdengarkan atau dibaca
3.8     Menelaah unsur-unsur pembangun teks puisi (perjuangan, lingkungan hidup, kondisi sosial, dan lain-lain) yang diperdengarkan atau dibaca  
4.8 Menyajikan gagasan, perasaan, dan pendapat dalam bentuk teks puisi secara tulis/lisan dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi

2. Teks Eksplanasi

3.9     Mengidentifikasi informasi dari teks ekplanasi berupa paparan kejadian suatu fenomena alam yang diperdengarkan atau dibaca

4.9     Meringkas  isi  teks eksplanasi yang berupa proses terjadinya suatu fenomena dari  beragam  sumber yang didengar  dan dibaca
3.10   Menelaah teks ekplanasi berupa paparan kejadian suatu fenomena alam yang diperdengarkan atau dibaca  

4.10   Menyajikan informasi dan data dalam bentuk teks eksplanasi proses terjadinya suatu fenomena secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan, atau aspek lisan

3. Teks Drama

3.15   Mengidentifikasi unsur-unsur  drama (tradisional dan moderen) yang disajikan dalam bentuk pentas atau naskah

4.15   Menginterpretasi drama (tradisional dan modern) yang dibaca dan ditonton/didengar
3.16   Menelaah karakteristik unsur dan kaidah kebahasaan dalam teks drama yang berbentuk naskah atau pentas  

4.16   Menyajikan drama dalam bentuk pentas atau naskah

4. Literasi Fiksi dan Nonfiksi

3.17   Menggali dan menemukan informasi dari buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca

4.17   Membuat peta konsep/garis alur dari buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca
3.18   Menelaah unsur  buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca

4.18   Menyajikan tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca  secara lisan/tertulis

Posted in Artikel, Belajar Mandiri, Karya Siswa, kurikulum, Lain-Lain, pendidikan | Dengan kaitkata: | Leave a Comment »

CONTOH PERTANYAAN WAWANCARA

Posted by lembursingkur pada Januari 9, 2021

Foto: doc. pribadi

Sebelum menyusun wawancara tentukan terlebih dahulu narasumber yang akan diwawancarai.

Di bawah ini beberapa contoh pertanyaan yang bisa dipakai daalm mewawancara narasumber.

Dalam membuat pertanyaan untuk ditanyakan pada narasumber, kita bisa menggunakan kata tanya, seperti kata apa, siapa, bagaimana, mengapa, kapan, di mana, dan berapa.

Nah, penggunaan kata tanya ini juga disesuaikan dengan informasi apa yang ingin kita dapatkan.

Jadi, kita harus menentukan dulu tema wawancaranya, nih. Caranya dengan menentukan informasi apa yang ingin didapatkan.

Ini bertujuan agar pertanyaan yang ditanyakan bisa menjawab informasi itu.

Contoh Pertanyaan (Tema: Hobi)

1.Siapakah nama lengkap Bapak/Ibu/Kakak?

2. Apa saja hobi atau kegiatan menyenangkan yang sering kamu lakukan selama beraktivitas di rumah?

3. Mengapa kamu menyukai hobi tersebut?

4. Siapa saja anggota keluarga yang menemanimu melakukan hobi di rumah?

5. Biasanya, kapan kamu melakukan aktivitas hobimu?

6. Di mana kamu biasanya melakukan aktivitas hobi itu?

7. Apakah hobi itu mendatangkan keuntungan?

8. Apa keuntungan dari hobi tersebut?

9. Siapakah yang menjadi inspirasi terkait dengan hobi ini?

10. Mengapa terispirasi oleh tokoh ini?

Pertanyaan Tema Profesi

1. Apa profesi atau pekerjaan Bapak/Ibu?

2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjalani profesi atau pekerjaan tersebut?

3. Di mana Bapak/Ibu melakukan pekerjaan sehari-hari?

4. Kapan waktu Bapak/Ibu bekerja?

5. Adakah tantangan dalam pekerjaan itu?

6. Bagaimaa suka duka saat melakukan pekerjaan tersebut?

7. Peristiwa atau situasi apa yang tak bisa dilupakan selama melakukan pekerjaan tersebut?

8. Adakah salah satu tokoh yang menjadi inspirasi saat bekerja?

9. Apa inspirasi dari tokoh tersebut?

10. Apa pesan yang bisa disampaikan terkait dengan pekerjaan/profesi yang dijalankan terhadap naka-anak muda sekarang?

5. Apa saja pekerjaan yang dilakukan dalam profesi tersebut?

(sumber : https://bobo.grid.id/read/082318626/ yang disesuaikan)

Posted in Artikel, Belajar Mandiri, Karya Siswa, kurikulum, Lain-Lain, pendidikan, RPP, Wawancara | Dengan kaitkata: , | Leave a Comment »

KOMPETENSI DASAR ESENSIAL BAHASA INDONESIA KELAS VII/SEMESTER 2

Posted by lembursingkur pada Januari 6, 2021

PJJ karya Abhimanyu
  1. Teks Puisi Rakyat
3.13 Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi  rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar.4.13  Menyimpulkan isi puisi  rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang disajikan dalam bentuk tulis
3.14  Menelaah struktur dan kebahasaan puisi  rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar.4.14  Mengungkapkan gagasan, perasaan, pesan dalam bentuk puisi  rakyat secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur, rima, dan penggunaan bahasa 
  1. Surat Dinas dan Surat Pribadi
3.11  Mengidentifikasi  informasi (kabar, keperluan, permintaan, dan/atau permohonan) dari surat pribadi dan surat dinas yang dibaca dan didengar.4.11  Menyimpulkan isi (kabar, keperluan, permintaan, dan/atau permohonan) surat pribadi dan surat dinas yang dibaca atau diperdengarkan 
3.12  Menelaah unsur-unsur dan kebahasaan dari surat pribadi dan surat dinas yang dibaca dan didengar.4.12  Menulis surat (pribadi dan dinas) untuk kepentingan resmi dengan memperhatikan struktur teks,  kebahasaan, dan isi.
  1. Teks fabel
3. 15 Mengidentifikasi informasi tentang fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar.4. 15 Menceritakan kembali isi fabel/ legenda daerah setempat 
3.16  Menelaah  struktur dan kebahasaan fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar. 4.16  Memerankan isi fabel/legenda   daerah setempat yang dibaca dan didengar. 
  1. Literasi : Buku Nonfiksi dan Buku Fiksi
3.9   Menemukan unsur-unsur dari buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca4.9   Membuat peta pikiran/ rangkuman alur tentang isi buku nonfiksi/ buku fiksi yang dibaca
3.10 Menelaah hubungan unsur-unsur dalam buku fiksi dan nonfiksi4.10 Menyajikan tanggapan terhadap isi buku fiksi nonfiksi yang dibaca 

Posted in Artikel, Belajar Mandiri, kurikulum, pendidikan | Dengan kaitkata: , | Leave a Comment »